Meneladani strategi bisnis Rasulullah, Dr. Syifa menekankan pentingnya keseimbangan dalam kehidupan seorang wirausaha.
"Waktu itu dibagi tiga. Yang pertama adalah untuk diri kita sendiri, pahami potensi dalam diri kita. Yang kedua untuk keluarga, dan yang ketiga untuk masyarakat." Dengan prinsip ini, seorang wirausahawan tidak hanya sukses secara materi, tetapi juga tetap berperan aktif dalam kehidupan sosialnya.
Dr. Syifa menambahkan bahwa strategi Rasulullah relevan dengan dunia bisnis digital saat ini. "Sekarang ini kan mungkin bisa dibilang mulai familiar dengan e-commerce dan usaha-usaha digital. Kita harus tahu target market kita, tahu passion kita, dan tentu saja memastikan bisnis kita sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini."
Dr. Syifa kemudian menggarisbawahi bahwa dalam bisnis, mindset adalah hal yang utama. "Mindset bagaimana dalam pendidikan dan dunia bisnis, kita bisa memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki. Ini bukan soal kesetaraan gender, tapi keadilan gender. Perempuan memiliki peran yang kuat dalam ekosistem bisnis, sama seperti yang dicontohkan oleh Siti Khadijah, istri Rasulullah."
Dalam diskusi ini, para narasumber sepakat bahwa strategi bisnis Rasulullah bukan hanya relevan, tetapi juga dapat menjadi solusi bagi para pelaku usaha di era modern yang penuh tantangan ini. Dengan mengedepankan etika, keseimbangan hidup, dan inovasi, seorang wirausahawan Muslim dapat menjalankan bisnis yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga berkah.
Melalui diskusi ini, para narasumber menegaskan bahwa perempuan memiliki potensi luar biasa dalam bisnis dan dunia digital. Dengan mindset yang tepat, kemauan untuk belajar, dan support system yang kuat, perempuan dapat menjalankan bisnis yang sukses dan berkah.
Jangan lewatkan episode terbaru Bloomberg Technoz Podcast - Ramadan Spark untuk mendapatkan wawasan lebih dalam mengenai pemberdayaan perempuan di era digital. Saksikan hanya di www.bloombergtechnoz.com.
(btp)