IHSG menjadi yang teratas dari banyak Bursa Asia yang menghijau sepanjang hari, menyusul TOPIX (Jepang), NIKKEI 225 (Tokyo), PSEI (Filipina), Straits Times (Singapura), Shenzhen Comp. (China), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), dan Hang Seng (Hong Kong), yang berhasil menguat masing-masing 1,77%, 1,70%, 0,65%, 0,34%, 0,33%, 0,31%, dan 0,28%.
Sementara Bursa Saham Asia lainnya yang masih ada di zona merah i.a TW Weighted Index (Taiwan), SETI (Thailand), KLCI (Malaysia), SENSEX (India), Shanghai Composite (China), dan CSI 300 (China) yang terpangkas masing-masing 1,29%, 1,13%, 0,21%, 0,14%, 0,12%, dan 0,04%.
Jadi, IHSG adalah indeks dengan penguatan tertinggi pertama dan nomor satu di Asia, dan juga ASEAN.
Salah satu sentimen yang mewarnai laju IHSG adalah Aktivitas Manufaktur Indonesia melesat di zona ekspansif pada Februari. Bahkan mencatat pencapaian baru.
Pada Senin pagi, S&P Global melaporkan Aktivitas Manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) di Indonesia untuk periode Februari ada di 53,6. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,9 dan menjadi yang tertinggi dalam 11 bulan.
“Sektor manufaktur Indonesia membaik pada pertengahan kuartal I-2025. Pemesanan baru (new orders) tumbuh kuat, tercepat dalam hampir setahun. Produksi (output) pun meningkat, demikian pula pembelian bahan baku dan rekrutmen karyawan,” sebut laporan S&P Global.
Bahkan, peningkatan tenaga kerja pada Februari menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah pencatatan S&P Global.
“Ke depan, dunia usaha melaporkan optimisme yang kuat. Ekspektasi tumbuh ke posisi tertinggi dalam hampir 3 tahun,” lanjut laporan yang sama.
Sentimen selanjutnya datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan RI terjadi deflasi pada Februari 2025 mencapai 0,48% secara bulanan (month-to-month/mtm). Artinya, ada penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,99 pada Januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan Indonesia terjadi deflasi 0,09% secara tahunan (year-on-year/yoy), dan deflasi 1,24% dalam perhitungan tahun kalender (year-to-date/ytd).
“Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar ialah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi sebesar 3,59% dan memberi andil deflasi 0,52%, karena komoditas yang dominan mendorong dominan kelompok ini adalah diskon tarif listrik dengan andil deflasi 0,67%,” tutur Amalia.
Adapun Badan Pusat Statistik mencatat, Indonesia terjadi deflasi 0,09% secara tahun ke tahun (year-on-year/yoy) pada Februari 2025 ini merupakan yang pertama dalam hampir 25 tahun.
“Terakhir menurut catatan BPS, deflasi pernah terjadi pada Maret 2000 dan disumbang dominasi kelompok bahan makanan,” terangnya.
(fad/ain)





























