Soeprapto meyakinkan bahwa langkah tersebut untuk mengantisipasi agar tidak berdampak pada kaum muda untuk tidak meyakini bahwa negaranya merupakan Payung Pelindung.
Senada dengan Guru Besar Universitas Indonesia (UI) sekaligus pakar ekonomi dan Bisnis, Rhenald Kasali juga mengatakan bahwa pro dan kontra pada fenomena tren #KabuAjaDulu ini menjadi pekerjaan rumah bersama.
Terlebih sekarang ada daya tarik di negera-negara tujuan. Dia pun mencontohkan Kanada mempunyai jalur untuk visa express.
"Begitu bagi orang yang mau bekerja di sana dan juga mereka menghindari percaloan, jadi lebih mudah tenaga-tenaga terampil,"kata Rhenald dalam pernyataan video yang diterima.
Kemudian, dia juga menilai Jepang memiliki potensi membuka lapangan kerja, sebab penduduknya terus mengalami declining atau turun.
"Dan mereka sangat khawatir, bahkan kita bisa membeli lahan-lahan pertanian, rumah-rumah bagus di sana yang sudah tidak ada penghuninya dan tentu saja perlu kerja keras di negara itu,"ujarnya.
Rhenald juga menyoroti negara sekitar RI yang memumpuni untuk masyarakatnya.
"Singapura apakah itu negara-negara ASEAN yang bagus-bagus. Vietnam aja sekarang bagus kan dan pasti butuh tenaga kerja. Demikian pula negara-negara Eropa lainnya. Jadi kesempatan memang terbuka luas bagi mereka yang punya pendidikan dan keterampilan,"imbuhnya.
Terakhir, dia menilai bahwa situasi fenomena #KaburAjaDulu merupakan respon dari perusahaan rintisan, Startup yang mengalami kesulitan di Indonesia.
"Buka pabrik dikerjain preman, biaya kebutuhan pokok makin mahal, tentu ini menekan kaum muda mencari pekerjaan tidak mudah dan kemudian ada tawaran kesempatan di luar negeri,"tandasnya.
(dec/spt)































