Logo Bloomberg Technoz

Selain itu, laju harga emas juga dipicu oleh rilis data ketenagakerjaan terbaru di AS. Malam tadi waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics melaporkan perekonomian Negeri Adidaya menciptakan 143.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) sepanjang Januari. Jauh di bawah bulan sebelumnya yaitu 307.000 dan berada di bawah konsensus pasar yang memperkirakan di 170.000.

Ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS ‘mendingin’. Padahal, menuju penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment) adalah salah satu mandat bank sentral Federal Reserve.

Jadi saat pasar tenaga kerja melemah, maka wajib bagi The Fed untuk memulihkannya. Ini bisa dilakukan dengan jalan pelonggaran moneter, penurunan suku bunga.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.

Ilustrasi emas batangan. (Bloomberg)

Analisis Teknikal

Setelah naik minggu ini, bagaimana prediksi harga emas buat pekan depan? Apakah bisa naik lagi?

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas masih mantap di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 72,08.

RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun perlu dicatat, RSI di atas 70 juga menjadi sinyal sudah tergolong jenuh beli (overbought).

Hawa overbought makin kuat dengan indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh 100. Sudah paling tinggi, sangat jenuh beli.

Oleh karena itu, investor perlu mewaspadai risiko koreksi harga emas. Cermati pivot point di US$ 2.783/troy ons. Jika tertembus, maka target support akan ada di rentang US$ 2.765-2.699/troy ons. 

Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.871/troy ons. Penembusan di titik ini berpotensi mengantar harga emas ke kisaran US$ 2.875-2.933/troy ons.

(aji)

No more pages