Nilai pasar NVDA rontok sedikitnya US$ 589 miliar atau lebih dari Rp9.000 triliun hanya dalam sehari perdagangan, terburuk sejak Pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu.
Hari ini, kejatuhan harga saham-saham diperburuk oleh sinyal terbaru yang keluar dari Jerome Powell, Gubernur Federal Reserve, bank sentral AS.
Di tengah harapan akan terjadinya penurunan bunga acuan pada Maret nanti, Powell memupusnya dengan pernyataan yang cenderung hawkish. Yakni, bahwa bank sentral paling berpengaruh di dunia itu, tidak akan terburu memangkas bunga acuan.
Powell dan kolega memilih menyandarkan kebijakan pada pembacaan data-data ekonomi mendatang dan menerapkan jurus wait and see, termasuk mengevaluasi seperti apa dampak kebijakan-kebijakan Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump terhadap perekonomian AS secara keseluruhan.
IHSG terperosok 1,3% pada pukul 10:03 WIB, terutama karena arus jual yang membesar untuk saham-saham perbankan berkapitalisasi jumbo. BBCA, BBRI, terus dilego oleh investor. Bersama dengan AMMN, BREN, BRMS juga TPIA.
Saham bank lain diserbu yakni BMRI dan BBNI. Begitu juga saham perkebunan SSMS dan AADI, serta saham teknologi DCII.
Di pasar surat utang domestik pagi ini, harga obligasi negara tenor pendek tertekan, terindikasi dari kenaikan imbal hasil terutama tenor 3Y sebesar 2,6 basis poin ke level 6,80%. Sedangkan tenor 2Y naik 1,9 basis poin menjadi 6,86%.
Sementara untuk tenor di atas 5 tahun, mayoritas masih melanjutkan kenaikan harga. SUN tenor 10 tahun turun ke 6,97%.
Kenaikan yield Treasury, setelah petunjuk terbaru dari Powell mengecewakan pasar, telah mempersempit selisih imbal hasil investasi Indonesia dengan AS. Kini, yield spread tinggal tersisa 239 basis poin, padahal pada Jumat lalu posisinya masih sebesar 251 basis poin.
Selisih yang menyempit akan membuat daya tarik surat utang RI akan makin memudar karena dana global akan lebih cenderung memilih Treasury mengingat peringkat investasi yang lebih baik.
Rupiah pun tergerus pagi ini, sempat menyentuh Rp16.243/US$, mencerminkan pelemahan 0,43% dibanding posisi pekan lalu. Level support terdekat rupiah ada di Rp16.250/US$. Bila itu tertembus, rupiah bisa makin terbenam ke level Rp16.300/US$ dan selanjutnya di Rp16.400/US$.
(rui)






























