Logo Bloomberg Technoz

Saham perusahaan teknologi raksasa AS, Nvidia, rontok parah pada perdagangan hari Senin pekan ini dengan kejatuhan nilai hingga 16,97%, akibat keterkejutan global mendapati DeepSeek, teknologi AI bikinan Tiongkok yang memicu kekhawatiran pasar bahwa valuasi akan saham-saham AI di Amerika bisa jadi terlalu berlebihan.

Kejatuhan saham dengan kode NVDA itu menghapuskan nilai pasar Nvidia sekurangnya hingga US$ 589 miliar atau sekitar Rp9.525,89 triliun dengan kurs dolar AS di pasar spot terakhir. Itu menjadi kejatuhan Nvidia terburuk sejak Maret 2020 kala Pandemi Covid-19 pecah.

Kerontokan Nvidia memicu serbuan dana global ke US Treasury (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

Kejatuhan Nvidia menyeret indeks saham di Wall Street 'terjun' terutama Nasdaq. Para investor tidak hanya melepas saham teknologi, tapi juga angkat kaki dari saham-saham terafiliasi AI seperti sektor energi dan utilitas. Pada perdagangan Selasa, NVDA rebound dan membukukan kenaikan 8,93%.

Dalam dua hari perdagangan, indeks S&P 500 sudah tergerus 0,55%. Sementara Dow Jones Industrial masih naik 0,95%. Adapun indeks Nasdaq, yang didominasi oleh saham-saham teknologi, ambles 1,1% dalam dua hari perdagangan pekan ini.

Pada Rabu waktu Amerika Serikat, beberapa perusahaan teknologi utama yaitu Tesla, Meta, Microsoft dan ASML, dijadwalkan akan mengumumkan kinerja keuangan mereka.

Indeks dolar AS stabil

Indeks dolar AS pekan lalu membukukan pelemahan mingguan terdalam sejak pekan ketiga November 2023. Namun, membuka pekan ini, indeks dolar AS kembali bangkit meski dalam rentang terbatas.

DXY, yang mengukur kekuatan the greenback terhadap enam mata uang utama dunia, mencatat kenaikan week-to-date sebesar 0,33% dan pada Rabu siang ini terpantau stabil di 107,80.

Penguatan dolar AS terutama karena keputusan Donald Trump, Presiden AS, menjatuhkan sanksi pengenaan tarif impor 25% pada Kolombia akibat negara Amerika Latin itu menolak memberikan izin mendarat pada pesawat militer AS yang membawa imigran yang dideportasi.

Presiden AS Donald Trump di meja kerja, Oval Office, setelah pengambilan sumpah jabatan (Bloomberg)

Pada saat yang sama, ada laporan Financial Times yang menyebut, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mendukung penerapan tarif impor bertahap mulai 2,5%.

Trump juga menambahi bahwa ia ingin tarif lebih besar dari 2,5%. Sektor yang potensial dibidik kenaikan tarif, mulai baja, tembaga hingga chip semikonduktor juga produk farmasi.

"Bessent bicara tentang tarif universal secara menyeluruh dan meskipun bertahap, tarif itu bisa naik hingga 20% dan itu adalah masalah besar," kata Rodrigo Catril, Strategist di National Australia Bank Ltd., di Sydney, dilansir dari Bloomberg, Selasa lalu.

Trump memiliki agenda proteksionisme yang tidak baik bagi pertumbuhan ekonomi global dan mendukung dolar AS sebagai aset safe haven utama, kata Catril.

Rupiah offshore melemah

Kontrak Non Deliverable Forward (NDF) rupiah bergerak melemah dalam tiga hari perdagangan pekan ini, setelah pekan lalu mencetak penguatan lumayan hingga 1,4%.

Pada tiga hari perdagangan pekan ini, rupiah offshore masih membukukan pelemahan 0,30% di tengah indeks dolar AS yang masih bergerak terbatas di kisaran 107. 

Volatilitas harga emas tajam

Harga emas berayun tajam sejak awal pekan terutama karena turbulensi dolar AS yang dipicu oleh pernyataan-pernyataan Trump. 

Setelah ditutup anjlok 1% pada awal pekan, harga emas spot di pasar dunia bangkit lagi ke level US$ 2.763 per troy ounce pada Selasa kemarin.

Pada perdagangan di Asia, Rabu, harga emas stabil di kisaran US$ 2.762 per troy ounce.

Batu bara terus tertekan

Harga batu bara sudah tergerus 1,09% pekan lalu dan masuk pekan ini, tekanan pelemahan harga terus berlanjut.

Dalam dua hari perdagangan pekan ini, harga batu bara sudah tergerus sedikitnya 3,14% dan pada Selasa kemarin ditutup di level US$ 114,75 per ton.

Penurunan harga batu bara sulit dipisahkan dari tren pelemahan harga komoditas energi global.

Harga minyak dunia sempat jatuh 2% pada Senin kemarin meski setelah itu rebound, tapi dalam tiga hari pekan ini minyak West Texas Intermediate sudah kehilangan 1,35% ke level US$ 73,65 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent tergerus 1,50% dalam dua hari pekan ini.

Namun, meski harga energi kebanyakan bearish, komoditas perkebunan seperti Crude Palm Oil (CPO) melanjutkan penguatan.

Harga kontrak aktif CPO di bursa Malaysia yang sudah mencatat kenaikan mingguan 0,62% pekan lalu, dalam dua hari perdagangan terakhir melanjutkan penguatan dengan melesat 1,5% ke level RM 4.279 per ton. 

Imbal hasil surat utang

Harga obligasi AS mencetak reli. Gerak bullish aset surat utang, ditandai dengan penurunan yield atau tingkat imbal hasil, terutama terdorong perburuan investor akan aset safe haven, menyusul kejatuhan saham Nvidia dan antisipasi terhadap petunjuk baru prospek bunga acuan The Fed.

Yield UST yang sensitif terhadap kebijakan bunga acuan, tenor 2 tahun, turun 10 basis poin ke level 4,18% pekan ini. Tenor menengah dan panjang, 5Y dan 10Y masing-masing juga turun ke 4,31% dan 4,51%, sampai Rabu siang ini di sesi Asia.

Dengan penurunan yield Treasury, selisih imbal hasil dengan surat utang RI kini makin melebar di kisaran 251 basis poin. Pelebaran yield spread itu bisa menjadi sentimen positif bagi surat utang RI, menyusul investor asing yang terindikasi telah kembali masuk, memborong hampir Rp10 triliun SBN pada pekan lalu.

Bitcoin 'ambles'

Gejolak di pasar global yang dipicu kemunculan DeepSeek, memicu volatilitas aset digital. Prospek mata uang kripto menjadi tanda tanya setelah harga terbang tinggi pada tahun lalu.

Harga Bitcoin masih mengalami pelemahan 0,1% dalam waktu 24 jam perdagangan terakhir hingga pukul 15:01 WIB, menjadi US$102.673. Pergerakan mingguan juga masih negatif 2,6%.

Ether turun 1,2% dibandingkan hari Selasa (28/1/2025) menjadi US$3.155, atau juga minus 4,6% dibandingkan minggu lalu. Solana turun 1,7% dibandingkan kemarin dan 8,6% dari minggu lalu. Kripto Solana SOL bertahan di posisi US$234,36.

Prospek mata uang digital terbebani oleh kesuraman saham-saham teknologi pasca DeepSeek merontokkan valuasi Nvidia, raksasa AI Amerika. Arus spekulasi yang berkobar sejak Trump kembali terpilih, karena pemerintahannya cenderung sangat pro terhadap mata uang kripto, mungkin akan goyah. 

“Meskipun pasar kripto tetap berkorelasi erat dengan sentimen sektor teknologi, periode volatilitas yang meningkat sering kali terbukti bersifat sementara,” Rick Maeda, Research Analyst di Presto Research, menulis dalam sebuah catatan kepada klien, dilansir dari Bloomberg. Reaksi pasar awal “mungkin berlebihan.”

Korelasi Bitcoin yang erat dengan saham-saham teknologi AS menggarisbawahi kerentanannya. Koefisien korelasi 30 hari untuk mata uang kripto dan Nasdaq 100 adalah sekitar 0,67, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Angka 1 mengindikasikan aset bergerak searah, sementara minus 1 menandakan hubungan terbalik. 

Asing nett sell saham RI

Sepanjang pekan lalu, investor asing masih membukukan posisi net sell di saham domestik senilai US$ 56,7 juta atau sekitar Rp917 miliar, mengacu data Bloomberg yang dikompilasi dari laporan otoritas bursa.

Beberapa saham yang banyak dilepas oleh asing sepanjang pekan lalu di antaranya adalah, BBCA, GOTO, PTRO, BBNI, BRMS, juga BBRI dan KLBF.

Sementara saham yang banyak diburu asing pekan lalu antara lain TLKM, BREN, BMRI, EXCL, INDF, BRPT juga CBDK.

Sedangkan sepanjang tahun ini, asing juga masih mencetak net sell saham di bursa Indonesia sebesar US$ 223,1 juta atau setara Rp3,60 triliun.

Kalender ekonomi tersisa

Nanti malam, pasar akan mencermati taklimat media pengumuman hasil FOMC The Fed yang diperkirakan akan kembali menahan bunga acuan di level 4,25%-4,50%.

Bila keputusan bunga acuan nanti malam sudah diantisipasi dalam harga-harga saat ini, sebaliknya para pelaku pasar akan lebih fokus mencari petunjuk Gubernur The Fed Jerome Powell terkait arah bunga acuan mendatang.

Sejauh ini, para pedagang di pasar Treasury bertaruh masih akan penurunan Fed fund rate pada Maret nanti. Pertaruhan bullish itu membawa yield Treasury terus turun.

Ketua The Fed Jerome Powell (Sumber: Bloomberg)

Hasil survei 22V yang dikutip oleh Bloomberg, mencatat, sebanyak 67% responden memperkirakan reaksi pasar terhadap The Fed pada Rabu siang waktu Washington atau Kamis dini hari waktu Jakarta nanti, adalah variatif atau tidak signifikan.

Sebanyak 21% responden memperkirakan reaksi pasar akan cenderung risk-off atau menghindari aset-aset berisiko, sementara 12% akan bereaksi risk-on atau memburu aset berisiko.

Selanjutnya, pasar juga menanti laporan keuangan perusahaan teknologi raksasa seperti Tesla, Meta juga Microsoft, yang akan menentukan pergerakan saham di Wall Street. Dinamika di Wall Street kemungkinan besar akan merambat pada pergerakan bursa Asia pada Kamis esok, termasuk pasar saham Indonesia.

Berikut kalender ekonomi untuk Kamis dan Jumat pekan ini yang perlu dicermati oleh pelaku pasar:

Kamis, 30 Januari 2025

  • Kinerja dagang New Zealand
  • Keputusan bunga acuan Afrika Selatan
  • Pertumbuhan ekonomi Arab Saudi, Filipina, Polandia, Meksiko, Italia, Hungaria, Jerman, Prancis
  • Keputusan bunga acuan ECB, bank sentral Eropa, diprediksi akan memangkas bunga lagi ke 2,75%, penurunan empat kali beruntun
  • Keyakinan Konsumen Uni Eropa, angka pengangguran dan pertumbuhan ekonomi
  • Tingkat pengangguran Italia
  • Inflasi Spanyol
  • Data pertumbuhan ekonomi AS (pembacaan awal untuk kuartal IV-2024, diprediksi tumbuh 2,6%)
  • Klaim pengangguran AS
  • Laporan keuangan Apple, Deutsche Bank, Shell
  • Deputi Gubernur Bank of Japan Ryozo Himino bicara di sebuah forum
  • PGA Golf AT&T Pebble Beach memperebutkan hadiah US$ 20 juta, berlangsung hingga 2 Februari

Jumat, 31 Januari 2025

  • Kinerja dagang Thailand, transaksi berjalan
  • Tingkat pengangguran Jepang, inflasi Tokyo, kinerja produksi industri dan penjualan ritel
  • Tingkat pengangguran Brazil, Chile, Kolombia, Jerman
  • Inflasi Prancis, Jerman
  • Pertumbuhan ekonomi Republik Ceko, Serbia
  • Kinerja dagang Afrika Selatan
  • Laporan PCE Amerika, inflasi PCE, indeks biaya tenaga kerja (Employment Cost Index/ECI)
  • Laporan keuangan Samsung
  • Gubernur The Fed Michelle Bowman bicara di acara Northern New England CEO Summit

-- update pada pergerakan harga Bitcoin dan rupiah offshore.

(rui)

No more pages