Apalagi, mayoritas bahan baku MEG di RI berasal dari impor, akibat adanya pembebasan pos tarif ketentuan pembatasan impor melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 3 Tahun 2024 lalu.
"Ini paling tidak memperkuat dan memberikan pendalaman industri di Indonesia," terang Taufik. "[Yang lain] belum ada datanya. Yang jelas itu MEG di Kalimantan."
Taufik sendiri sebelumnya mengatakan Kemenperin menargetkan pertumbuhan untuk industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) dapat mencapai 6,05% sepanjang 2025, lebih optimistis dibanding 2024 yang hanya sebesar 4,88%.
Target tersebut dicanangkan sejalan dengan ambisi pemerintah untuk menumbuhkan ekonomi nasional mencapai 8%.
"Kita punya target asta cita 8%, kita sudah exercise, kita moderat, sesuai skenario Asta Cita, maka sektor IKFT ditargetkan untuk tumbuh 6,05% 2025," ujar Taufik.
Subsektor yang diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan tersebut meliputi industri kimia, farmasi, dan obat tradisional di rentang 8,18-9,30%. Kemudian, industri barang galian bukan logam di rentang 5,31-7,30%.
Sementara itu, industri Teksil dan Pakain Jadi ditargetkan berada direntang 3,50%-6,32% hingga 2029. Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki direntang 3,80-6,20%, serta industri karet, barang dari karet dan plastik direntang 5,21-6,20%.
Hingga 2029 mendatang, kata Taufik, Kemenperin juga telah mematok target pertumbuhan sektor IKFT; mulai dari 2026 (6,87%), 2027 (7,41%), 2028 (7,64%), dan 2029 sebesar 7,85%.
"Kita saat ini sedang membenahi untuk recovery, dan kita sedang melakukan sensus dengan berbagai pendekatan investasi," ujar Taufik.
(ain)
































