Logo Bloomberg Technoz

Trump menyatakan, setelah pelantikannya pada Senin (20/01/2025) siang, ia akan mengupayakan kemitraan di mana pemilik baru berbasis di AS akan membeli 50% saham TikTok. "Ini akan menjaga platform tetap berada di tangan yang tepat dan memungkinkan TikTok terus beroperasi," katanya.

Setelah putusan Mahkamah Agung, TikTok mengumumkan bahwa tanpa arahan dari pemerintahan Biden, aplikasi tersebut akan berhenti beroperasi pada Minggu. Pernyataan ini dianggap sebagai "drama berlebihan" oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre.

Namun, aplikasi tersebut benar-benar sempat tidak berfungsi di AS pada Sabtu (18/01/2025) malam, sebelum kembali beroperasi beberapa jam setelah pengumuman Trump. CEO TikTok, Shou Chew, dijadwalkan hadir dalam upacara pelantikan Trump.

Tim Trump sedang mencari solusi yang memenuhi persyaratan hukum untuk mencegah aplikasi yang dikendalikan "musuh asing." Struktur kemitraan yang diusulkan, di mana perusahaan berbasis di AS memiliki 50% saham TikTok, dianggap bisa memenuhi aturan tersebut sekaligus meredakan keberatan dari pejabat China yang ingin ByteDance tetap memegang kendali.

Penasihat keamanan nasional yang baru Mike Waltz mengatakan di acara Face the Nation yang disiarkan di CBS bahwa Trump dan pemimpin China Xi Jinping setuju "bekerja sama" untuk menyelamatkan aplikasi tersebut.

Namun, beberapa tokoh Partai Republik menolak solusi ini. "Harus ada penjualan penuh, divestasi total dari Partai Komunis China," kata Ketua DPR Mike Johnson di program Meet the Press yang disiarkan di NBC. Ketua Komite Intelijen Senat, Tom Cotton, juga menyatakan bahwa tidak ada dasar hukum untuk "perpanjangan" tenggat waktu undang-undang ini.

TikTok sebelumnya berusaha memanfaatkan popularitasnya untuk menolak undang-undang ini, dengan meminta para penggunanya menghubungi Kongres. Namun, strategi tersebut justru memperkuat kekhawatiran para legislator terhadap pengaruh TikTok di AS.

Meskipun begitu, beberapa kreator TikTok tetap berusaha menekan Trump untuk memenuhi janji kampanyenya sebagai "penyelamat TikTok."

"Ini adalah janji yang dibuat Trump, dan ia menggunakan janji itu untuk menarik banyak pemilih muda," ujar Tiffany Cianci, seorang influencer TikTok, kepada Bloomberg menjelang sidang Mahkamah Agung. "Kami meminta dia untuk segera menepatinya."

(bbn)

No more pages