Respons China, lanjut Luhut, adalah secara mandiri membangun industri mereka dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada teknologi asing. Hal yang perlu menjadi pembelajaran buat Indonesia bahwa betapa pentingnya industri berbasis teknologi cip di masa depan.
Pembangunan industri semikonduktur di Indonesia sempat tercetus oleh salah satu diaspora Indonesia, mendiang Sehat Sutardja, CEO Marvell Technology. “Namun, karena kurangnya respons cepat, peluang itu hilang ,” jelas Luhut.
Peluang kini mencoba dipupuk lewat pendirian zona ekonomi spesial semikonduktur di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Luhut yang kini memiliki kapasitas sebagai penasihat Presiden Prabowo, terus mendorong perkembangan industri semikonduktur melalui kepastian hukum dan regulasi guna menarik investasi strategis.
“Negara yang menguasai teknologi cip akan memimpin masa depan. Kita tidak bisa terus menjadi penonton, apalagi saat negara tetangga mulai memberikan insentif besar untuk menarik investasi teknologi,” terang Luhut.
Luhut juga mengatakan Ray Dalio mengingatkan agar Indonesia tidak tertinggal dari negara serumpun, Malaysia, yang menjadikan salah satu kota nya sebagai kota special economic zone.
“Mereka contoh dari kita tapi mereka memberikan insentif lebih bagus lagi,” katanya.
Untuk diketahui, Malaysia dan Singapura telah meresmikan perjanjian yang menetapkan zona ekonomi khusus yang menghubungkan antara wilayah Malaysia-Singapura. Perjanjian tersebut diresmikan di Johor, Malaysia yang merupakan lintasan perdagangan tersibuk yang terhubung ke Singapura.
Rincian perjanjian memang masih belum diungkap, namun pejabat di Johor sebelumnya mengatakan perjanjian tersebut dapat menciptakan 100.000 lapangan pekerjaan baru dan menambah US$26 miliar atau sekitar Rp425 triliun (kurs saat ini) per tahun ke perekonomian Malaysia.
Pendapatan tersebut kemungkinan besar berasal dari para investor baru dan perusahaan-perusahaan yang berbasis di Singapura yang memperluas keperluan mereka ke Johor.
(fik/wep)
































