Bloomberg Technoz, Jakarta – Kalangan ekonom energi memperkirakan harga bahan bakar minyak (bbm) nonsubsidi bisa naik hingga 5% akibat anomali harga minyak dunia, imbas sanksi terbaru dan teragresif Amerika Serikat (AS) terhadap industri energi Rusia.
Dengan demikian, harga Pertamax RON92 rawan terkerek naik Rp625 menjadi Rp13.150/liter pada Februari 2025 dari Rp12.500/liter bulan ini.
“Ada kenaikan [harga BBM nonsubsidi] bagi Indonesia, tetapi sedikit dan andaikan itu naik paling naiknya juga ya kurang dari atau sekitar 5% lah,” kata ekonom energi dari Universitas Padjadjaran Yayan Satyakti saat dihubungi Selasa (14/1/2025).
Brent untuk pengiriman Maret hari ini turun tipis 0,2% menjadi US$80,82 per barel pada pukul 9:39 pagi di Singapura. Harga menyentuh puncaknya di US$81,68 pada sesi Senin. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari turun 0,2% menjadi US$78,70 per barel.
Di sisi lain, Baltic Dry Index (BDI)—yang menakar biaya angkut minyak — mencapai 1.048 poin pada penutupan Jumat pekan lalu, menandai level tertinggi dalam lima hari dengan kenaikan 8,15%. Ini adalah kenaikan terbesar sejak 8 Januari 2025, dan kenaikan hari kedua berturut-turut. Kenaikan ini terutama didorong oleh tarif kapal Cape Size, yang mengalami lonjakan signifikan.

Dampak 2 Pekan
Bagaimanapun, menurut Yayan, sanksi AS bagi Rusia hanya bersifat sementara atau hanya sekitar dua pekan. Setelah presiden terpilih AS Donald Trump dilantik pada 20 Januari, dia meyakini dampak sanksi Rusia terhadap harga minyak dunia akan kembali stabil.
“Kebijakan Trump dengan Biden itu kan agak beda ya. Kalau kita lihat, Trump itu kan lebih dekat ke Rusia ataupun Putin, tetapi dia fokus di dalam negeri. Enggak tahu nih, kalau misalkan AS khususnya untuk masalah luar negeri biasanya Republikan [partai pengusung Trump] itu enggak terlalu concern,” tutur Yayan.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengungkapkan sanksi AS terhadap Rusia secara otomatis akan berdampak terhadap BBM dalam negeri.
Harga BBM nonsubsidi di dalam negeri mengikuti harga pasar internasional, sehingga ketika harga pasar naik, otomatis sekitar 80%—90% komponennya yang disediakan untuk kebutuhan kilang dalam negeri akan naik.
“Karena kita kan sudah net importer [minyak mentah]. Kebutuhan kita 1,6 juta barel per hari, produksi terakhir enggak sampai 600 barel per hari. Artinya, ada sekitar 1 juta barel per hari minimal yang kemudian harus kita impor,” tutur Komaidi.
Komaidi menjelaskan struktur biaya BBM sebesar 60% berasal dari harga minyak mentah, sedangkan 40% sisanya merupakan komponen pajak, margin, pungutan lainnya, hingga keuntungan bagi kilang minyak.
“Jadi kalau harga minyak mentahnya naik atau sekitar 60% komponen BBM, otomatis akan mengerek harga BBM nonsubsidi,” imbuhnya.
Di sisi lain, Komaidi mengaku belum bisa memproyeksikan harga BBM bulan depan. “Sulit diproyeksikan untuk Indonesia, karena harga diintervensi pemerintah,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperingatkan harga minyak Brent berpeluang terbang ke level US$90/barel hingga akhir Januari 2025 imbas sanksi AS terhadap Rusia.
Per Januari 2025, sejumlah operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) kompak menaikkan seluruh neis harga BBM-nya per Januari 2025.
Berikut daftar harga BBM nonsubsidi Pertamina, Shell Indonesia, dan BP-AKR pada Januari 2025:
Pertamina
- Pertamax: Rp12.500/liter
- Pertamax Turbo: Rp13.700/liter
- Dexlite: Rp13.600/liter
- Pertamina Dex: Rp13.900/liter
- Pertalite: Rp10.000 (tetap)
Shell Indonesia
- Shell Super: Rp12.930/liter
- Shell V-Power: Rp13.650/liter
- Shell V-Power Diesel: Rp14.150/liter
- Shell V-Power Nitro+: Rp13.850/liter
BP-AKR
- BP 92: Rp12.810/liter
- BP Ultimate: Rp13.530/liter
- BP Diesel: Rp13.730/liter
- BP Ultimate Diesel: Rp14.030/liter
(wdh)