Logo Bloomberg Technoz

“Keputusan tidak dikenakannya BMAD tersebut tentunya dapat mengangkat daya saing produk kertas A4 Indonesia di Australia,” tuturnya.

Berdasarkan catatan Kemendag, ekspor kertas A4 Indonesia ke Australia mencapai US$8,20 juta pada 2022. Realisasi tersebut turun dari 2017 yang bernilai US$19,72 juta, dan kian anjlok setelah negara tersebut menerapkan BMAD. 

Ilustrasi pabrik kertas (Dok indahkiat.co.id)

Direktur Pengamanan Perdagangan Kemendag Natan Kambuno menjelaskan pengenaan BMAD terhadap produk kertas tersebut tidak  sesuai dengan GATT 1994 dan ketentuan WTO lainnya, khususnya Agreement on Anti-Dumping (ADA).

Menurut Natan, akses pasar produk kertas A4 yang berkualitas merupakan faktor penting yang mengindikasikan bahwa penduduk Australia memerlukan ketersediaan produk dimaksud di pasar Australia. 

Dengan kata lain, dikenakannya BMAD akan membuat penduduk Australia kehilangan akses terhadap kertas A4 yang banyak diperlukan.

“Seyogianya Indonesia dapat memanfaatkan momen ini karena produk Indonesia memiliki daya saing yang kuat di pasar Australia. Kami juga memberikan apresiasi atas kolaborasi aktif da produktif antara Direktorat Pengamanan Perdagangan dengan pemangku kepentingan lainnya seperti pelaku usaha dan pihak lainnya yang menjadi faktor kunci keberhasilan Indonesia untuk menggagalkan pengenaan BMAD dimaksud,” ujarnya.

Nilai perdagangan Indonesia-Australia pada periode Januari-Februari 2023 mencapai US$1,71 miliar, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Realisasi tersebut naik dari periode yang sama tahun lalu senilai US$1,68 miliar. 

Total perdagangan kedua negara meningkat dalam beberapa tahun terakhir yaitu 2022 senilai US$13,33 miliar, 2021 US$12,65 miliar, serta 2020 US$7,15 miliar.

(wdh)

No more pages