"PPh non-migas dan PBB serta pajak lainnya mencatatkan kinerja positif secara bruto karena peningkatan kinerja positif sektor pertambangan dalam beberapa bulan terakhir," jelas Anggito.
Terakhir, penerimaan dari pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) tercatat Rp707,76 triliun. Angka ini 87,23% dari target APBN, dan naik 8,17% (yoy).
Anggito mengklaim pertumbuhan PPN dan PPnBM ini disebabkan oleh membaiknya aktivitas ekonomi dalam negeri dan impor, terutama pada sektor perdagangan dan industri minyak kelapa sawit.
Secara kumulatif, pemerintah telah mengumpulkan penerimaan pajak sebesar Rp1.688,93 triliun sampai November 2024. Jika dibandingkan penerimaan pajak pada November 2023 yang sebesar Rp1.671,37 triliun, realisasi tahun ini nyaris stagnan atau hanya tumbuh tipis 1% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Berdasarkan porsinya, kinerja penerimaan pajak ini setara 84,92% dari total target penerimaan pajak sepanjang 2024. Dia mengklaim kinerja penerimaan pajak saat ini sesuai dengan siklus yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
"Penerimaan pajak masih on track sesuai siklus," ujar Anggito.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan pendapatan negara sampai November 2024 tercatat Rp2.492,7 triliun atau 89% dari target APBN 2024. Angka ini atau naik 1,3% dalam perhitungan tahunan (yoy).
"Kalau masih ingat, pendapatan negara mendapat tekanan sangat besar sampai Agustus, terutama dari pajak, sehingga untuk mendapat pertumbuhan positif juga sangat kita harapkan jadi momentum positif," ucap Bendahara Negara.
(lav)

































