"Pelemahan rupiah terutama karena permintaan dolar AS. yang tinggi pada akhir tahun," kata Myrdal Gunarto, analis Maybank Indonesia, dilansir dari Bloomberg News.
Secara musiman, permintaan dolar AS biasanya meningkat karena banyak perusahaan yang membayarkan dividen, lalu pembayaran utang luar negeri baik pemerintah maupun korporasi.
Para importir juga membutuhkan banyak dolar AS di pengujung tahun sebagai bagian dari antisipasi kedatangan musim liburan juga jelang Ramadan yang tinggal hitungan bulan. Dolar AS juga banyak diburu kalangan yang akan berlibur ke luar negeri.
Sampai usai makan siang, IHSG semakin perkasa melanjutkan penguatan 0,51%, mengungguli bursa Asia lain seperti FTSE Malaysia yang tertekan 0,40%, lalu indeks saham Singapura juga tertekan 0,55%.
Bursa saham Filipina bahkan ambles 1,07%, serta bursa Thailand juga hanya naik 0,01%.
SUN dilepas
Rupiah juga tertekan oleh arus jual yang masih melanda pasar surat utang sampai tengah hari ini. Yield SBN tenor 2Y kini sudah di 6,93%, hanya berjarak sedikit sekali dengan yield 10Y yang ada di 6,94%.
Penyempitan itu menurut analis mengindikasikan masih ada kekhawatiran investor akan prospek ekonomi ke depan.
"Sebagian investor global tampak menjual investasi yang sudah menguntungkan mereka di pasar emerging, seperti di Indonesia, karena masih ada kekhawatiran akan ekonomi global," kata Myrdal.
Pelaku pasar cenderung mengurangi risiko jelang rilis data inflasi AS nanti malam, yang diperkirakan akan menghambat peluang penurunan bunga The Fed.
Yield Tresury sampai siang ini terus melanjutkan kenaikan jelang pembukaan pasar Eropa. Tenor 2Y naik 3,3 bps ke 4,15%, sedangkan tenor 10Y naik 3,5 bps jadi 4,23%. Sementara tenor 30Y naik 4,1 bps ke 4,42%.
(rui)























