Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar surat utang menyambut gembira keputusan penurunan suku bunga acuan BI rate yang diumumkan siang hari ini.
Aksi beli terlihat berlangsung marak setelah pengumuman Bank Indonesia itu pecah. Mengacu data Bloomberg pada penutupan pasar, mayoritas tingkat imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) bergerak turun, mengindikasikan ada permintaan beli yang mengerek harga obligasi negara.
INDOGB-2Y yang sensitif dengan kebijakan bunga acuan, turun 2,1 bps ke level 6,33%. Sementara tenor 5Y, surat utang berdenominasi rupiah juga terkikis 3 bps ke 6,36%. Disusul oleh INDOGB-10Y yang juga turun 1,4 bps ke 6,52%.
Namun, di pasar saham, IHSG yang sempat memperbarui rekor all time high di level 7.875,07 pada perdagangan pagi, akhirnya ditutup sedikit turun 0,03% di pisisi 7.829,13.
Meski indeks saham terpeleset, terlihat beberapa saham sektor keuangan mencetak reli karena sektor ini kemungkinan akan banyak diuntungkan oleh penurunan suku bunga acuan.
Adapun pergerakan rupiah yang cenderung terbatas sepanjang hari ini, akhirnya terhenti di level Rp15.340/US$, sedikit turun 0,03% dibanding hari sebelumnya.
Kurs tengah Bank Indonesia, JISDOR BI, juga ditutup melemah tipis 0,08% ke level Rp15.350/US$.
Para investor masih akan mengarahkan perhatian pada keputusan Federal Reserve (The Fed) nanti malam di mana sejauh ini terjadi divergensi ekspektasi antara para analis dan ekonom dengan para trader di pasar terkait besar pemangkasan bunga The Fed.
Pertama kali sejak 2021
Bank Indonesia akhirnya mengakhiri serial pengetatan moneter yang telah berlangsung sekian lama, melalui keputusan historis hari ini yakni pemangkasan BI rate sebesar 25 bps menjadi 6%, pertama kali terjadi sejak terakhir dilakukan pada Januari 2021 lalu.
Suku bunga acuan BI rate telah dinaikkan 275 bps sejak Agustus 2022 hingga April 2023 lalu, yaitu dari 3,5% ke level 6,25%. Langkah pengetatan BI ketika itu ditempuh menyusul gelombang kenaikan suku bunga di hampir seluruh dunia untuk menjinakkan inflasi pascapandemi yang tajam terutama di Amerika Serikat (AS).
Keputusan penurunan BI rate hari ini diyakini menjadi awal dari kebijakan moneter longgar lebih lanjut oleh bank sentral ke depan, menyusul kondisi perekonomian Indonesia yang sudah menyalakan alarm kelesuan terindikasi dari aktivitas manufaktur, pelemahan daya beli dan gelombang PHK yang makin memuncak setahun terakhir.
Stabilitas nilai tukar rupiah yang makin meyakinkan dalam dua bulan terakhir di tengah arus masuk modal asing yang membanjir terpicu kepastian penurunan suku bunga Federal Reserve, memberi BI keyakinan lebih besar untuk menempuh pivot kebijakan tanpa menunggu keputusan pasti Federal Reserve, bank sentral AS, dini hari nanti.
"The time is right, waktunya sudah tepat. BI bisa turut mendukung pertumbuhan ekonomi [melalui penurunan bunga acuan]," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam taklimat media di Jakarta, siang ini.
Keputusan BI hari ini di luar ekspektasi mayoritas analis yang memprediksi bunga acuan akan ditahan lagi karena Perry Warjiyo mungkin akan menunggu langkah The Fed lebih dulu.
(rui)