Logo Bloomberg Technoz

Dari sisi tingkat ketersewaan ruang perkantoran di Jakarta, Ferry mengatakan kawasan CBD membukukan tingkat okupansi sebesar 72% pada kuartal I-2023. Tambahan pasok menyebabkan tingkat hunian turun hampir 3% dibandingkan dengan kuartal IV-2022.

Adapun, kawasan di luar CBD membukukan okupansi sebesar 71,9% pada kuartal I-2023, cenderung stagnan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

“Di Jakarta, ruang kosong yang belum terserap mencapai 3,1 juta meter persegi, di mana 55%-nya ada di CBD. Ini jauh di atas 2019. Pada saat itu, ruang kosong perkantoran hanya sekitar 1,7 juta meter persegi,” jelas Ferry.

Dia memproyeksikan  rerata okupansi properti perkantoran di Jakarta akan terus menurun hingga akhir 2023, baik di CBD maupun di luarnya.

“Sampai akhir 2023, ruang kosong diproyeksikan naik mencapai 3,3 juta meter persegi atau 7% [secara year on year]. Kenaikan ini utamanya disebabkan oleh pasok baru yang masuk,” katanya.

Ilustrasi gedung perkantoran di kawasan Sudirman. (Muhammad Fadli/Bloomberg)

Tarif Sewa

Dari sisi tarif dasar sewa perkantoran di areal CBD Jakarta, Ferry mengatakan pada kuatal I-2023 nilainya mencapai rata-rata Rp246.030 per meter persegi.

Beroperasinya beberapa gedung kelas premium baru juga diestimasikan mengerek tarif sewa di CBD sebesar 3% pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan kuartal IV-2022.

Adapun, tarif sewa perkantoran Jakarta di luar CBD adalah Rp174.795 per meter persegi pada kuartal I-2023, stagnan dari kuartal sebelumnya.

“Tarif sewa diperkirakan mengalami pertumbuhan secara perlahan, terutama didukung oleh proyeksi serapan yang makin membaik. Pasar strata title [ruang kantor dijual] diperkirakan juga membaik karena akan ada lebih banyak perusahaan yang akan membeli ruang kantor pada tahun ini,” tutur Ferry. 

Hanya saja, tegasnya, momentum jelang Pemilu 2024 bakal menjadi faktor penghambat lanjut investasi di pasar strata title

(wdh)

No more pages