Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Pertamina (Persero) melaporkan laba bersih total setelah pajak sebesar US$4,44 miliar atau setara Rp72 triliun pada 2023. Angka ini mengalami peningkatan 17% dibandingkan dengan capaian US$3,81 miliar pada 2022.
“Laba bersih meningkat dari 2022 sebesar US$3,81 miliar menjadi US$4,44 miliar atau ekuivalen Rp62 triliun. Ini laba entitas induk, kalau laba total Rp72 triliun,” ujar Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Emma Sri Martini dalam dapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (12/6/2024).
Kendati demikian, pendapatan perseroan mengalami penurunan 11% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi US$75,79 miliar pada 2023. Adapun, perseroan mencatat pendapatan sebesar US$84,89 miliar pada 2022.
Emma menggarisbawahi penurunan pendapatan terjadi karena dua faktor, yakni pelemahan rupiah dan penurunan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude-oil Price (ICP).
Dalam catatan Pertamina, pelemahan rupiah terjadi 3% menjadi Rp15.255 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan dengan Rp14.800 yang tercatat dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2023.
Sementara itu, pelemahan ICP terjadi sebesar 20% dari US$97/barel dalam RKAP 2023 menjadi US$78/barel. Walaupun ICP melemah hingga 20%, kata Emma, penurunan pendapatan perseroan masih bisa ditahan pada level 11%,
Selanjutnya, perseroan mencatat pendapatan sebelum bunga, pajak, dan amortisasi atau earning before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) naik 6% menjadi US$14,36 miliar pada 2023 dari sebelumnya US$13,59 miliar pada 2022.
Dari sisi laporan keuangan, perseroan mencatat total aset bertumbuh 4% menjadi US$91,12 miliar pada 2023 dari US$87,81 miliar pada 2022.
Adapun, total liabilitas berkurang 2% menjadi US$49,69 miliar pada 2023 dibandingkan dengan US$50,6 miliar pada 2022.
“Total liabilitas itu berkurang di tengah capital expenditure [capex] yang cukup agresif, dapat disampaikan investasi capex di tahun lalu cukup agresif US$6,3 miliar equivalent Rp100 triliun,” ujarnya.
Total ekuitas meningkat 11% menjadi US$41,43 miliar pada 2023 dari US$37,22 pada 2022. Dari sisi arus kas, Emma mengatakan bahwa arus kas operasi meningkat 7% menjadi US$10,39 miliar pada 2023 dari US$9,75 miliar pada 2022.
Penguatan arus kas operasi, kata Emma, terjadi karena pemerintah sudah menyelesaikan pembayaran dana kompensasi pada 2023.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah mencairkan dana kompensasi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp43,52 triliun kepada Pertamina.
Dana tersebut merupakan kompensasi selisih harga jual formula dan harga jual eceran di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pertamina dalam rangka implementasi penyaluran Jenis BBM Tertentu (JBT) Solar dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite sepanjang 2023.
Total dana tersebut berasal dari selisih harga jual BBM pada kuartal IV 2023, setelah digabung dengan pajak.
"Kami sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Pemerintah atas dukungannya kepada Perseroan dengan mempercepat pembayaran dana kompensasi BBM yang telah disalurkan Pertamina pada Triwulan IV 2023," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widywati dalam siaran resminya.
(dov/wdh)