Logo Bloomberg Technoz

Asing Borong Obligasi dan Saham Indonesia Rp 55,5 Triliun

Ruisa Khoiriyah
01 April 2023 06:38

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (IHSG). (Bloomberg Tachnoz/ Andrean Kristianto)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (IHSG). (Bloomberg Tachnoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pekan terakhir Maret 2023 menjadi catatan mengesankan bagi performa pasar keuangan domestik. Walau sentimen buruk silih berganti mempengaruhi pergerakan aset rupiah, tapi sepanjang pekan ini kinerja pasar saham dan obligasi dalam negeri menunjukkan resiliensi yang impresif. Persepsi risiko investasi Indonesia kembali membaik ke posisi terbaik sepanjang tahun ini.

Indikasi itu terlihat dari tingkat premi Credit Default Swap (CDS) tenor 5 tahun yang kembali turun ke level 96,97, terendah sejak 3 Februari lalu. Penurunan premi CDS memberi sinyal bahwa tingkat risiko berinvestasi di Indonesia dinilai rendah sehingga aset-aset di pasar keuangan domestik layak diburu.

Nilai tukar rupiah melesat meninggalkan zona Rp 15.000 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan Jumat (31/3/2023), pairing USDIDR berada di level 14.995. Mata uang Garuda sempat menyentuh Rp 14.958, level terkuat sejak awal Februari silam. 

Selera berinvestasi para pemodal global agaknya sudah kembali lagi menyasar aset-aset di pasar negara berkembang (emerging market) setelah turbulensi sektor perbankan di Amerika yang telah mengguncang pasar global sepanjang Maret, terlihat mulai mereda ditambah perkembangan ekonomi China yang menjanjikan kebangkitan yang meyakinkan. 

Jumat kemarin, tingkat imbal hasil atau yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun ke kisaran 6,793%, semakin mendekati posisi terendah sepanjang tahun pada awal Februari lalu, mengindikasikan arus permintaan tengah tinggi di pasar sekunder sehingga melejitkan harga obligasi negara. Sedangkan yield SUN tenor 2 tahun juga turun ke kisaran 6,293%, terendah sejak pertengahan Februari.

Pemodal asing kembali berburu obligasi rupiah (Bloomberg)