Bloomberg Technoz, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui Indonesia masih kekurangan 29 ribu dokter spesialis. Di sisi lain Indonesia juga masih kekurangan 124 ribu dokter umum.
"Rasio dokter berbanding penduduk kita, saya juga kaget, 0,47 dari 1.000, peringkat 147 dunia, sangat rendah sekali," ujar Jokowi dalam sambutannya di Peresmian Peluncuran Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSP-PU), Senin (6/5/2024).
Jokowi mengatakan saat ini Indonesia hanya mampu menghasilkan 2.700 dokter spesialis, sedangkan kebutuhan saat ini 29 ribu dokter spesialis. Jokowi mengingatkan ketika bonus demografi Indonesia terwujud, maka Indonesia akan memiliki 68 persen penduduk usia produktif.
“Tetapi, 68 persen usia produktif itu percuma, akan percuma kalau kesehatannya tidak baik. Oleh sebab itu, betul-betul, mati-matian kita harus menyiapkan ini," tegas Jokowi.
Kendati demikian, Jokowi mengaku senang sebab dalam enam bulan terakhir alat kesehatan yang dikirimkan sangat berguna di rumah sakit dan puskesmas yang ada di daerah, seperti MRI, sudah ada mammogram, sudah ada cath lab.
Terkait dengan kebutuhan dokter spesialis, Jokowi menegaskan perlu adanya terobosan untuk memperbanyak dokter spesialis yang sangat dibutuhkan oleh penduduk di provinsi-provinsi kepulauan.
“Tadi disampaikan oleh Menteri Kesehatan, ada 24 fakultas kedokteran dan ada 420 rumah sakit. Oleh sebab itu, dua mesin ini harus dijalankan bersama-sama agar segera menghasilkan dokter spesialis yang sebanyak-banyaknya dengan standar-standar internasional,” ujar Jokowi.
“Artinya, memang sangat kurang sekali. Ditambah lagi, masih ada tambahan, distribusinya yang tidak merata. Rata-rata dokter spesialis itu ada di Pulau Jawa dan di kota, 59 persen dokter spesialis itu terkonsentrasi di Pulau Jawa, 59 persen. Oleh sebab itu, sekali lagi harus ada terobosan, kita harus membuka terobosan,” ujarnya.
(ain)