Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk membukukan laba bersih sebesar US$374,3 juta atau setara Rp6,06 triliun (asumsi kurs saat ini). Ini mengalami penurunan 18,27% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$458,04 juta (Rp7,41 triliun).
Mengutip laporan keuangan, Kamis (2/5/2024), total pendapatan usaha emiten milik Garibaldi 'Boy' Thohir itu juga susut 22% menjadi US$1,44 miliar atau setara Rp23,36 triliun dari sebelumnya di US$1,83 miliar (Rp29,77 triliun).
Secara rinci, anjloknya pendapatan tersebut disebabkan turunnya pendapatan di segmen pertambangan dan perdagangan batu bara menjadi US$1,42 miliar, atau turun 21% dari sebelumnya di US$1,79 miliar.
Meski begitu, manajemen mengatakan bahwa sepanjang kuartal I 2024, perusahaan mencatatkan kenaikan pada volume penjualan dan produksi menjadi 16,48 juta ton dan 18,07 juta ton, atau naik masing-masing 5% dan 15% secara tahunan.
Namun, naiknya volume penjualan itu bersamaan dengan penurunan harga jual rata-rata batu bara (ASP) sebesar 24%, seiring dengan lesunya harga batu hitam itu.
“Di tengah ketidakpastian global dan kondisi harga yang melemah, kami mempertahankan komitmen terhadap efisiensi biaya," ujar Presiden Direktur ADRO Garibaldi Thohir dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (2/5/2024).
Meski mengalami penurunan kinerja keuangan, dia mengatakan bahwa perseroan masih mempertahankan pposisi neraca keuangan secara keseluruhan tetap sehat. Selain itu, kinerja operasional sepanjang kuartal I tahun ini juga terlihat baik.
ADRO sendiri mencatatkan beban pendapatan turun 24% secara tahunan menjadi US$815 juta. Beban usaha juga turun 25% secara tahunan menjadi US$108 juta.
Sementara itu, total aset hingga akhir Maret 2024 tercatat sebesar US$10,4 miliar, naik 7% dari sebelumnya di US$9,82 miliar.
Kemudian, total arus kas dari aktivitas investasi dan belanja modal juga naik 78% secara tahunan menjadi US$205 juta. Ini disebabkan dengan kenaikan pembelian aset sebesar 55% secara tahunan, seiring dengan eksekusi rencana investasi perseroan.
Kinerja Keuangan ADMR
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) membukukan laba bersih sebesar US$116,04 juta atau setara Rp1,87 triliun (asumsi kurs saat ini). Angka ini melesat 36% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$84,7 juta (Rp1,37 triliun).
Menyitir laporan keuangannya, emiten milik Garibaldi 'Boy' Thohir itu juga mencetak total pendapatan usaha senilai US$274,5 juta atau setara Rp4,44 triliun, naik 15,23% dari sebelumnya di US$238,2 juta (Rp3,85 triliun).
Secara rinci, kenaikan pendapatan usaha itu ditopang oleh penjualan batubara kepada pihak berelasi, yakni sebesar US$ 117 juta, yang juga naik dari sebelumnya di US$143,1 juta.
Kemudian, penjualan batubara kepada pihak ketiga senilai US$157,19 juta, yang juga naik dari sebelumnya, US$94,5 juta. Sementara itu, pendapatan dari jasa lainnya yang diberikan kepada pihak berelasi tercatat sebesar US$333,72 juta.
Manajemen mengatakan, naiknya kinerja keuangan tersebut sejalan dengan naiknya volume produksi batu bara perusahaan sepanjang kuartal I 2024 mencapai 1,56 juta ton, naik 27% secara tahunan. Volume penjualan juga naik 24% secara tahunan mencapai 1,05 juta ton.
Kemudian, volume pengupasan lapisan penutup naik 62% menjadi 5,34 juta bank cubic meter (bcm), dengan nisbah kupas mencapai 3,43x dibandingkan 2,70x pada kuartal I 2023.
Namun, perusahaan juga mencatatkan beban pokok pendapatan yang naik 13% menjadi US$117,4 juta dari sebelumnya di US$103,6 juta.
Manajemen mengatakan, kenaikan beban tersebut disebabkan oleh kenaikan volume pengupasan lapisan penutup maupun produksi tersebut.
Kemudian, biaya penambangan naik 44% menjadi US$45,65 juta, biaya pengolahan batu bara naik 40% menjadi US$6,4 juta, sementara biaya pengangkutan dan bongkar muat juga naik 35% menjadi US$29,53 juta.
Alhasil, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk tercatat sebesar US$116,04 juta. Ini masih naik 36% dari sebelumnya, US$84,7 juta.
Sementara itu, total aset mengalami kenaikan 33% menjadi US$1,78 miliar secara tahunan. Saldo kas juga naik 32% menjadi US$620,31 juta.
(ibn/dhf)