Logo Bloomberg Technoz

Secara teknikal, menurut analisis Divisi Riset Bloomberg Technoz, nilai tukar rupiah berhasil menguat di area MA-50 dan terjadi golden cross bersinggungan antara MA-50 dan MA-200, mengindikasikan rupiah berpeluang melanjutkan penguatan menuju Rp 15.140/US$. Saat ini rupiah memiliki support pada MA-200, pada level Rp 15.220/US$ dan resistance pada area Rp 15.128/US$.

Kekhawatiran Baru

Minat pemodal yang masih tinggi terhadap aset rupiah terutama obligasi bisa menjadi penguat nilai tukar rupiah walau saat ini ketidakpastian masih cukup tinggi terutama di pasar eksternal. Jumat pekan lalu, pelaku pasar dibikin meriang dengan pecahnya lagi “krisis” di salah satu bank terbesar yang memiliki risiko sistemik asal Jerman yaitu Deutsche Bank. 

Level Credit Default Swap (CDS) yang mengindikasikan persepsi risiko investasi di bank besar tersebut melesat ke level berbahaya.

“Itu memicu kekhawatiran baru mengenai dampak likuiditas terhadap kesehatan perbankan di Eropa,” kata Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Prayadi dan Economist Arga Samudro dalam catatan pagi untuk para investor, Senin (27/3/2023).

Situasi terkini Deutsche Bank memperpanjang gejolak sektor perbankan di dua kawasan ekonomi maju itu yang pertama kali meletus dua pekan lalu. Itu mendorong otoritas AS maupun Eropa memonitor lebih ketat kondisi kesehatan perbankan di masing-masing kawasan.

Di sisi lain, spekulasi tentang arah bunga acuan Federal Reserves, bank sentral AS, juga kembali mengarah pada peluang berhentinya tren bunga tinggi menyusul turbulensi perbankan yang tiada henti. 

Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengungkapkan, ia masih mengamati secara lebih detil apakah krisis perbankan saat ini akan berdampak luas terhadap perekonomian AS termasuk risiko resesi. Kashkari beranggapan bahwa Fed sudah semakin dekat dengan puncak kenaikan bunga acuan.

Namun, para pemodal agaknya sudah lebih dulu mendahului ekspektasi pejabat Fed. Terlihat dari CME Fedwatch di mana tingkat probabilitas Fed Fund Rate akan mencapai terminal rate tahun ini sudah mencapai 80% ditambah harapan bank sentral paling berpengaruh itu akan memangkas bunga pada Juli nanti.

Berbagai sentimen itu telah membawa tingkat yield US Treasury tenor 10 tahun turun ke posisi 3,38%, atau anjlok 57 bps dibanding sebulan sebelumnya. Yield UST tenor 2 tahun juga sudah turun hingga 103 bps di posisi 3,78% dibandingkan posisi satu bulan lalu.

Menurut analis, ketidakpastian di pasar global masih tinggi sehingga itu akan membawa tingkat imbal hasil SUN tenor 10 tahun akan cenderung sideways di kisaran 6,7%-6,8% dalam beberapa pekan.

- dengan asistensi Muhammad Julian Fadli

(rui)

No more pages