Logo Bloomberg Technoz

Vale Lirik Bisnis Nikel Hijau, Biaya Produksi Bisa Lebih Hemat

Dovana Hasiana
02 April 2024 12:50

Seorang pekerja memegang sepotong bijih dengan campuran mineral dan logam di tambang./Bloomberg-Cole Burston
Seorang pekerja memegang sepotong bijih dengan campuran mineral dan logam di tambang./Bloomberg-Cole Burston

Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengatakan biaya produksi nikel yang berkelanjutan (sustainable) atau nikel hijau (green nickel) sebenarnya bisa lebih hemat dibandingkan dengan produksi nikel dengan skema business as usual (BAU) atau ditopang energi berbasis batu bara.

Head of Communications PT Vale Indonesia Tbk Bayu Aji menjelaskan hal itu terjadi karena adanya pemangkasan biaya untuk energi yang berkontribusi sebesar 30% dari biaya produksi. 

Dalam kaitan itu, Vale Indonesia menggunakan energi bersih yang berasal dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang menghasilkan energi dengan biaya rendah yakni hanya sebesar Rp25 per kilowatt hour (kWh).

Bayu menggarisbawahi investasi awal yang dibutuhkan dalam PLTA memang besar. Namun, harga tersebut mengalami depresiasi seiring waktu yang menyebabkan biaya energi yang dihasilkan menjadi lebih rendah.

“Kita bangun PLTA sejak 1968, sekarang sudah 55 tahun. Kalau dibandingkan, biaya produksi rendah sekali. PLN misalnya menghasilkan 1 kWh dijualnya Rp1.400, biaya produksi Rp900. Sementara biaya produksi kita Rp25 per kWh. Can you imagine? Jauh sekali,” ujar Bayu saat ditemui, Senin (1/4/2024), petang.