Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - PT MRT Jakarta (Perseroda) memastikan resesi di Jepang tidak berpengaruh terhadap kelanjutan pendanaan dan pembangunan proyek MRT Jakarta. 

Seperti diketahui, MRT Jakarta menggandeng Japan International Cooperation Agency dalam proyek MRT Jakarta jalur timur-barat atau east-west line pada fase 1 dan tahap 1. Pembangunan MRT jalur ini bakal dilakukan dari Tomang ke Medan Satria. 

Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat mengatakan, pendanaan dari Jepang sudah pasti diberikan. Sebab pihak-pihak terkait telah menandatangani Minutes of Discussion proyek tersebut pada November 2023.

“Posisinya sekarang sudah fix, Minutes of Discussion-nya sudah ditandatangani. Kemudian kita tinggal menunggu sign JICA loan kontraknya ya, di bulan April kira-kira,” ujar Tuhiyat dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (20/2/2024). 

“Itu nunggu efektif kurang lebih 3 bulan ke depan. Setelah tanda tangan itu sudah fix tidak ada pengaruh,” lanjutnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Konstruksi MRT Jakarta Weni Maulina menjelaskan, kunjungan Presiden Joko Widodo ke Jepang dan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Desember 2023 telah menghasilkan komitmen pendanaan (pledge) untuk pembangunan MRT east-west. 

Saat ini, kata Weni, MRT Jakarta sedang berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan JICA untuk pelaksanaan negosiasi loan agreement serta persiapan tender kontraktor untuk mencapai target peletakan batu pertama (groundbreaking) pada Agustus 2024.

Sebagai informasi, Jepang resmi jatuh ke jurang resesi. Pada kuartal IV-2023, ekonomi negara tersebut mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 0,4% secara tahunan.

Pada kuartal sebelumnya, Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang sudah turun 3,3%. Kontraksi PDB secara 2 kuartal beruntun adalah definisi dari resesi.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tidak cuma resesi, Jepang kini kehilangan status sebagai perekonomian terbesar ketiga dunia. Posisi Jepang kini tergeser oleh Jerman.

“Konsumsi dan belanja modal masih lemah, dan keduanya adalah pilar. Ekonomi masih kesulitan mendapat momentum untuk tumbuh,” tegas Yoshiki Shinke, Ekonom Senior Dai-ichi Life Research Institute.

(dov/del)

No more pages