Logo Bloomberg Technoz

Pasar Obligasi Tertekan Pelemahan Rupiah yang Terseret Politik

Tim Riset Bloomberg Technoz
16 February 2024 09:54

Ilustrasi Rupiah. (Brent Lewin/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah. (Brent Lewin/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Euforia pemilu di pasar domestik sepertinya sudah terbatas hari ini meskipun hasil hitung cepat dan perkembangan penghitungan suara riil di lapangan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih memberi sinyal pilpres kemungkinan hanya satu putaran saja.

Rupiah dibuka melemah pagi ini, terlemah di Asia di kala sebagian mata uang Asia masih mampu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan penguatan tipis 0,5%, sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN) pagi ini, berdasarkan data Bloomberg, tingkat imbal hasil alias yield INDOGB, surat utang RI berdenominasi rupiah, sebagian berhasil turun meski tipis dipimpin oleh tenor 7 tahun yang turun 1,3 basis poin ke 6,6%. 

Sementara INDOGB tenor pendek cenderung tertekan dengan yield bergerak naik terutama tenor 3 tahun, naik 2,9 basis poin ke 6,24%. Sedangkan tenor 10 tahun yang menjadi acuan stabil dengan penurunan 0,6 basis poin. 

Untuk surat utang RI berdenominasi valas, INDON, mayoritas mencatat tekanan harga dengan imbal hasil naik di semua tenor kecuali tenor 5 tahun. INDON 2 tahun naik 1,2 basis poin jadi 4,70%, sedangkan yield tenor 10 tahun naik 1,3 basis poin menjadi 4,98%.

Tekanan yang dihadapi oleh pasar surat utang domestik sepertinya lebih terbebani gerak rupiah yang melanjutkan pelemahan akibat sentimen politik yang masih tidak pasti. Ada potensi pilpres bisa berlangsung dua putaran meski untuk memastikan itu pasar masih harus menunggu hasil penghitungan suara riil oleh KPU.