Logo Bloomberg Technoz

Bagaimana dengan di Indonesia?

Data Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko DJPPR) Kementerian Keuangan per 13 Maret 2023, kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh perbankan tercatat Rp 1.779 triliun. Tidak banyak berubah dibandingkan posisi awal tahun, pertanda bahwa perbankan masih percaya diri mengoleksi obligasi pemerintah.

Menurut CGS-CIMB Sekuritas, investor juga masih percaya dengan fundamental perbankan nasional. Fundamental yang solid dicerminkan oleh rasio kredit bermasalah (NPL) yag dicadangkan atau NPL Coverage.

Saat ini, NPL Coverage di Bank Mandiri berada di 285%. Kemudian di Bank Central Asia (BCA) 287%, Bank Negara Indonesia (BNI) 287%, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencapai 305,7%. 

Tingginya angka NPL coverage perbankan ini merupakan indikator pencadangan dalam menjaga risiko dan keberlangsungan bisnis ke depan. Artinya, secara fundamental dapat dikatakan dalam posisi yang kokoh.

Sementara itu, harga obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun bergerak naik menuju 101,55. Pada awal tahun, harganya adalah 100,5. Kenaikan harga ini membuat neraca perbankan tetap aman saat terus mengoleksi obligasi.

Kenaikan ini menggambarkan bahwa jumlah peminat dan investor terhadap obligasi pemerintah Indonesia masih dalam tren positif. Tidak terdapatnya tanda-tanda aksi jual, atau pun pengurangan angka pada level kepemilikan. 

Harga Obligasi SUN Benchmark 10 tahunan Indonesia. (Source Bloomberg)

Tren positif juga terjadi pada tenor harga obligasi yang lebih pendek. Harga obligasi pemerintah tenor 5 tahun juga bergerak naik ke 86,90 dibandingkan dengan harga pada awal tahun yakni 86,51.

Harga Obligasi SUN Benchmark 5 tahunan Indonesia. (Source Bloomberg)

Dukungan positif juga diutarakan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae, kondisi global yang terus memanas efek keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) serta langkah Otoritas Keuangan AS yang menutup bank tersebut, tidak memberi dampak pada industri perbankan Indonesia secara langsung.

Menurut Dian, industri perbankan dalam negeri kuat dan stabil. Pertumbuhan yang kuat juga terjadi pada sisi profitabilitas, risiko kredit, risiko pasar, dan permodalan.

(fad/aji)

No more pages