Logo Bloomberg Technoz

Kedua, HBA I dalam kesetaraan nilai kalori 5.200 kcal/kg GAR, total moisture 23,12%, total sulphur 0,69% dan ash 6%. Rumus yang digunakan untuk menghitung HBA I tersebut adalah (0.7*Pm) + (0.3*Pm-1) (US$/ton).

Pm mengacu pada rerata harga jual batubara dengan kalori 5.100—5.300 kcal/kg GAR pada bulan sebelumnya (US$/ton). Sementara itu, Pm-1 adalah rerata harga jual batu bara dengan kalori 5.100—5.300 kcal/kg GAR pada dua bulan sebelumnya (US$/ton).

Ketiga, HBA II dalam kesetaraan nilai kalori 4.200 kcal/kg GAR, total moisture 35,29%, total sulphur 0,2% dan ash 4,21% maka HBA-nya: HBA II= (0.7*Pm) + (0.3*Pm-1) (US$/ton).

Pm merujuk pada rerata harga jual batubara dengan kalori 4.100—4.300 kcal/kg GAR pada bulan sebelumnya (US$/ton). Adapun, Pm-1 mengacu pada rerata harga jual batu bara dengan kalori 4.100—4.300 kcal/kg GAR pada dua bulan sebelumnya (US$/ton).

Pada perkembagan lain terkait dengan penjualan batu bara, belum lama ini peraturan darurat Pemerintah India terkait dengan optimasi kapasitas pembangkit listrik berbasis batu bara dinilai berpotensi melebarkan ceruk ekspor Indonesia terhadap komoditas andalan pertambangan nasional itu. 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, sama halnya dengan di Tanah Air, pembangkit listrik di Negeri Bollywood memang sebagian besar masih berbasis batu bara dan diesel. 

“Jadi memang itu peluang buat kita. India salah satu pasar ekspor batu bara terbesar kita,” kata David saat dihubungi Bloomberg Technoz.

Tidak hanya itu, lanjutnya, kedekatan jarak antara Indonesia dan India dibandingkan dengan dua negara pengekspor batu bara terbesar lainnya—yaitu Australia dan Rusia—menjadi keunggulan komparatif bagi RI.

David menilai langkah yang diambil Pemerintah India sangat wajar, mengingat negara Asia Selatan tersebut sempat mengalami kelangkaan batu bara. India kini mengalami gangguan elektrifikasi bagi kegiatan industri. Hal ini berdampak sistemik pada pertumbuhan ekonomi.  

“Dari segi harga, [batu bara] ini relatif menarik karena kalau kita lihat trennya turun dari sekitar US$400/ton ke sekitar US$200/ton, sekarang sudah di bawah itu. Setelah berita soal India ini keluar, memang kita lihat [batu bara] ini salah satu komoditas yang [harganya] melonjak cukup kencang. Kemarin harganya naik sampai 9%, setelah sebelumnya cenderung melemah lebih dari 50% year to date. Ini bisa jadi momentum untuk bottoming out harga batu bara,” jelas David. 

(rez/wdh)

No more pages