Logo Bloomberg Technoz

Menakar Efek Standar Ganda Sertifikasi Sawit Indonesia

Rezha Hadyan
03 March 2023 15:29

Petani melakukan panen sawit di Perkebunan sawit PT Perkebunan Nusantara III (Dimas Ardian/Bloomberg)
Petani melakukan panen sawit di Perkebunan sawit PT Perkebunan Nusantara III (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta — Harmonisasi sertifikasi RSPO dan ISPO dinilai kian mendesak guna meningkatkan ketertelusuran produk turunan sawit Indonesia. Dengan demikian, akses pasar ekspor komoditas andalan negara itu dapat segera diperluas.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Mukhammad Faisol Amir menjelaskan selama ini sertifikasi ketertelusuran produk turunan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) memiliki standar ganda, yaitu Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang digagas Uni Eropa, serta Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

Dia menilai dua skema sertifikasi ini menunjukkan adanya tumpang tindih antara pasar dan negara dalam lanskap kelapa sawit Indonesia. Tentu saja, itu akan menambah kerumitan dalam memastikan ketertelusuran.

Sekadar catatan, Badan Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) dalam Standar Pangan Internasional (Codex Alimentarius) mendefinisikan “ketertelusuran” sebagai kemampuan untuk mengikuti pergerakan pangan melalui tahap produksi, pemrosesan, dan distribusi tertentu.

"Urgensi ketertelusuran menjadi makin besar seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen akan bukti keberlanjutan dalam produk pertanian dan pangan yang mereka konsumsi. Pada akhirnya, ketertelusuran menjadi aspek mendasar dari setiap skema sertifikasi berkelanjutan, termasuk di sektor kelapa sawit," kata Faisol dalam laporan yang dilansir, Jumat (03/03/2023).

Pada akhirnya, ketertelusuran menjadi aspek mendasar dari setiap skema sertifikasi berkelanjutan, termasuk di sektor kelapa sawit.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Mukhammad Faisol Amir