Logo Bloomberg Technoz

Keduanya berencana memulai eksplorasi energi panas bumi di Bitung, Sulawesi Utara, yang juga menjadi tempat tambang ARCI. Eksplorasi itu dilakukan pada area konsesi tambang emas Toka Tindung. Kapasitas pembangkit panas bumi tersebut juga disinyalir memiliki kapasitas 30 megawatt (MW), dan bakal dikomersialkan.

Panas bumi belakangan tengah menjadi komoditas yang banyak diincar korporasi-korporasi kakap, yang mulai getol terjun ke lini bisnis energi baru terbarukan. Tidak heran, Indonesia merupakan penghasil panas bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS).

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sumber daya panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 28,5 gigawatt electrical (GWe) yang terdiri dari sumber daya 11.073 MW dan cadangan 17.453 MW.

Lantas, grup konglomerasi mana saja yang kini tengah melirik bisnis panas bumi dan telah memilikinya?

Barito Renewables Energy. (Dok. Barito Renewables Energy)

1. Barito Pacific Group

Barito Pacific Group, yang didirikan taipan Prajogo Pangestu, ini memang giat menilik prospek bisnis panas bumi melalui anak usahanya PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) 9 Oktober tahun ini. 

Saat ini, perseroan diketahui telah memiliki dan mengoperasikan 3 aset pembangkit listrik panas bumi (PLTP) melalui anak usahanya yakni PT Star Energy Geothermal Group. Pembangkit itu memiliki total kapasitas sebesar 886 MW, atau setidaknya menyumbang 38% energi berbasis pasar panas bumi di Indonesia.

Aset pertama yakni PLTP Wayang Windu yang dioperasikan Star Energy Wayang Windu (SEGWW). PLTP yang terletak di Bandung, Jawa Barat ini berkapasitas 230,5 MW dan beroperasi hingga 2039.

Kedua, yakni PLTP Darajat yang dioperasikan Star Energy Geothermal Darajat II (SEGD II). PLTP yang terletak di Garut, Jawa Barat ini berkapasitas 274,5 MW dan beroperasi hingga 2047.

Ketiga, yakni PLTP Salak yang dioperasikan Star Energy Geothermal Salak, Ltd (SEGS). PLTP yang terletak di Bogor, Jawa Barat ini memiliki kapasitas 381 MW, dan menjadikannya salah satu operasi panas bumi terbesar di dunia. PLTP ini beroperasi hingga 2040.

Lalu, perseroan juga kini tengah melakukan eksplorasi dalam pengembangan panas bumi di dua wilayah yakni di Gunung Hamiding, Maluku Utara, dan Sekincau, Provinsi Lampung.

Fasilitas pembangkit gas milik PT Medco Energy Internasional Tbk. di Blok Corridor, Sumatra Selatan./dok. Medco

2. Medco Group

Melalui PT Medco Energy Internasional Tbk (MEDC), kelompok usaha milik keluarga Panigoro ini juga mengelola bisnis panas bumi di dalam negeri. Dalam konsorsium Sarulla Operations Ltd (SOL), MEDC bersama Inpex Corporation, Ormat International Inc, ITOCHU Corporation, dan Kyushu Electric Power Co Inc juga telah memulai operasi komersial PLTP Sarulla, yang berlokasi di Tapanuli, Sumatra Utara.

PLTP yang mulai beroperasi sejak 2017 itu memilik kapasitas 330 MW, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik di Sumatra Utara, serta mendukung penghematan bahan bakar dengan pemanfaatan energi terbarukan.

Selain itu, melalui anak usahanya yakni PT Medco Cahaya Geothermal (MCG), MEDC juga tengah mengembangkan PLTP Blawan Ijen di Blawan Ijen, Jawa Timur.

PLTP berkapasitas 110 MW itu direncanakan beroperasi pada 2024, dan telah menandatangani PPA (Power Purchase Agreement) dengan PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) untuk kontrak 30 tahun.

Kantor United Tractors. (dok perusahaan)

3. Grup Astra

Salah satu grup konglomerasi terbesar milik Tjia Kian Lion atau William Soeryadjaya tersebut juga kini tengah melirik bisnis panas bumi melalui anak usahanya di bidang alat berat konstruksi dan pertambangan, PT United Tractors Tbk (UNTR).

Belum lama ini, perseroan mengakuisisi PT Supreme Energy Sriwijaya (SES) dengan nilai investasi setara Rp634 miliar untuk 40,47% sahamnya.

SES merupakan induk usaha PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), yang memiliki izin PLTP berkapasitas 2x49 MW yang telah beroperasi di Kabupaten Lahat, Kota Pagar Alam dan Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan.

Selain itu, UNTR, melalui anak usahanya PT Energia Prima Nusantara (EPN) juga berencana menaikkan kapasitas PLTP Lahat hingga 2 kali lipat atau 2x110 MW.

Ilustrasi aset panas bumi./Dok. PT Pertamina Geothermal Energy

4. Rajawali Corpora

Grup Rajawali, milik pengusaha ternama Peter Sondakh, belakangan juga tengah menjajaki potensi bisnis panas bumi melalui PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) yang bisnis intinya bergerak di sektor pertambangan emas.

ARCI pun berencana bakal merealisasikan sebuah perusahaan patungan atau join venture (JV) dengan Ormat Technologies Inc di wilayah konsesi tambangnya yakni Toka Tindung, Bitung, Sulawesi Utara.

Menyitir laporan keuangan perseroan per kuartal III-2023, rencana usaha patungan itu sejatinya telah diungkapkan ARCI sejak Desember 2021. Adapun, kapasitas pembangkit panas bumi tersebut juga disinyalir memiliki kapasitas 30 MW, dan bakal dikomersialkan.

"Berdasarkan perjanjian tanggal 23 September 2021, Perusahaan dan PT Ormat Geothermal Indonesia bermaksud untuk mendirikan entitas untuk melaksanakan pengeboran eksplorasi dan pemeliharaan fasilitas panas bumi. Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan konsolidasian interim, entitas dengan tujuan khusus tersebut belum didirikan," tulis ARCI dalam laporan keuangan kuartal III-2023.

-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi

(wdh)

No more pages