Logo Bloomberg Technoz

Pasar memilih waspada jelang pidato Jerome Powell, Chairman Federal Reserve, bank sentral AS, pada Rabu nanti. Sementara pejabat The Fed Minneapolis Neel Kashkari telah lebih dulu mengeluarkan pernyataan yang mengempiskan euforia pasar.

Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari dalam wawancara dengan Wall Street Journal pada Senin kemarin menyatakan bahwa lebih baik 'salah' dalam melakukan pengetatan berlebihan ketimbang tidak melakukan langkah yang cukup untuk membawa inflasi Amerika Serikat (AS) kembali ke target di 2%.

Perekonomian AS terbukti tangguh sejauh ini dan ia mengkhawatirkan inflasi bisa kembali bangkit. Bank sentral, ujarnya, masih membutuhkan informasi lebih banyak untuk mengambil keputusan tegas terkait kebijakan bunga acuan The Fed ke depan. "Saya belum siap mengatakan bahwa kita sudah berada dalam kondisi yang baik," kata pejabat yang memiliki hak suara dalam Pertemuan Komite Kebijakan The Fed 13 Desember nanti.

Pernyataan Kashkari ini mengerem reli di pasar global dengan pelaku pasar mulai lebih waspada. Di pasar swap, para pedagang menaikkan lagi ekspektasi kenaikan bunga acuan The Fed pada Desember dengan probabilitas menjadi sebesar 12%, dari tadinya turun tinggal 4%. 

Selain mencermati sentimen eksternal, para pelaku pasar akan menanti rilis data terbaru posisi cadangan devisa Oktober yang diprediksi akan turun tajam akibat kebutuhan intervensi nilai tukar selama bulan lalu. Analis memprediksi posisi cadangan devisa RI bulan lalu tergerus sekitar US$3 miliar hingga US$5 miliar akibat terkuras untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

Nilai tukar rupiah di pasar spot kemarin menguat tajam 190 bps ke kisaran Rp15.538/US$, sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate ditutup menguat juga di Rp15.550/US$. Di pasar derivatif pagi ini, kontrak Non-Deliverable Forward rupiah pagi ini terpantau mulai kembali melemah di kisaran Rp15.555-Rp15.568/US$. 

(rui)

No more pages