Logo Bloomberg Technoz

Sinyal Resesi AS Menyala, Rupiah Pagi Ini Menguat ke Rp15.565/US$

Ruisa Khoiriyah
06 November 2023 09:21

Ilustrasi Dollar Rupiah (Bloomberg Technoz)
Ilustrasi Dollar Rupiah (Bloomberg Technoz)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah membuka perdagangan pekan ini dengan penguatan signifikan langsung melonjak kuat ke kisaran Rp15.565/US$ di pasar spot pada pukul 09:10 WIB, Senin (6/11/2023).

Penguatan rupiah itu kompak dengan mata uang Asia pagi ini yang mayoritas juga melesat kuat mengalahkan dolar Amerika Serikat (AS). Won Korea Selatan memimpin penguatan 1,6%, disusul oleh penguatan ringgit Malaysia sebesar 1,04%, baru ada rupiah yang mencatat penguatan hingga 1,02% pagi ini.

Secara teknikal, rupiah berpeluang melanjutkan penguatan hingga Rp15.535/US$ dan berpotensi optimistis ke Rp15.500/US$.

Pergerakan rupiah yang menguat tak terbendung ini terdorong oleh sentimen eksternal dari Amerika pasca rilis data pengangguran pekan lalu yang semakin memupus kemungkinan kenaikan bunga acuan Federal Reserve, bank sentral AS. Selain itu, angka pengangguran yang melonjak juga menyalakan sinyal resesi di negeri itu.

Pernyataan dovish dari the Fed pasca pengumuman bunga acuan dan hasil Federal Open Meeting Committe (FOMC) pekan lalu, diperkuat oleh rilis data-data lanjutan AS, semakin mempersempit ruang bagi bank sentral paling berpengaruh itu untuk melanjutkan kenaikan bunga acuan. Klaim pengangguran AS meningkat, disusul rilis angka pengangguran di negeri itu yang mencatat kenaikan menjadi 3,9% pada Oktober. Angka partisipasi kerja juga turun jadi 62,7%.

Alhasil, pelaku pasar semakin optimistis, siklus kenaikan bunga acuan the Fed telah berakhir tahun ini. Probabilitas kenaikan bunga acuan pada FOMC Desember nanti tinggal 4% sebelum akhirnya kembali naik 9% pagi ini. Semula angkanya ada di kisaran 20%.

Bahkan kenaikan angka pengangguran AS pada bulan Oktober menyalakan sinyal dimulainya resesi di negeri berukuran ekonomi terbesar di dunia itu seperti yang disebut dalam apa yang dikenal sebagai 'Sahm Rule' atau Hukum Sahm.

Hukum Sahm diperkenalkan oleh mantan ekonom Federal Reserve, bank sentral AS, yang kini menjadi kolumnis di Bloomberg, Claudia Sahm.

Sahm Rule menyatakan bahwa resesi akan dimulai ketika rata-rata pergerakan tingkat pengangguran dalam tiga bulan meningkat setengah poin persentase atau lebih dibanding nilai terendahnya dalam 12 bulan sebelumnya. 

Angka pengangguran di AS terendah sepanjang tahun ini adalah 3,4%. Tingkat suku bunga di bulan Oktober merupakan yang tertinggi sepanjang tahun ini, menyusul dua angka sebesar 3,8% pada bulan Agustus dan September.

Angka pengangguran AS memberi sinyal resesi (Bloomberg)