Bloomberg Technoz, Jakarta - Pengusaha pemilik Artha Graha (AG) Group, Tomy Winata mengungkapkan tekadnya agar proyek Rempang Eco City terlaksana sesuai ketentuan. Dia berharap penyelesaian pembebasan lahan yang saat ini tengah dilakukan pemerintah berjalan secara "elegan."
"Saya tentunya ingin proyek ini tuntas, tanpa ada satu orang pun yang terzalimi," ujar Tomy di Jakarta, Kamis (27/9/2023).
Artha Graha Group adalah korporasi besar yang menaungi PT Makmur Elok Graha (MEG), pengembang di kawasan Rempang. Perusahaan itu memastikan tunduk pada ketentuan pemerintah, termasuk menghormati penyelesaian persoalan lahan yang kini tengah dilakukan pemerintah pusat bersama BP Batam.
"Bahwa tidak ada satu pun pengusaha yang mau meletakkan investasi di atas bara api," ujar pengusaha 65 tahun tersebut.
Tomy menolak berspekulasi mengenai dugaan alot negosiasi pemerintah dengan masyarakat terkait dengan relokasi dan ganti untung terkait lahan. Kepada anak buah di perusahaannya MEG, Tomy menginstruksikan untuk patuh terhadap langkah-langkah yang diambil pemerintah sejauh ini, termasuk jika pihaknya diminta untuk turun bernegosiasi dengan masyarakat.
"Sekalipun tiba-tiba pemerintah meminta saya untuk mundur dari proyek ini. Saya siap. Tapi sampai saat ini, saya menolak untuk menyerah," ujarnya.
TW, sapaan akrabnya, juga kembali menegaskan komitmennya mengenai keseimbangan pembangunan di Rempang Eco City. Secara sederhana, dia mengatakan Rempang dibangun dengan semangat penyempurnaan role model yang kini ada di wilayah Batam.
"Sebuah kawasan dengan mengoptimalkan keseimbangan antara developed area dengan green area. Kita tidak bisa menjanjikan sesuatu yang hebat. Tapi dengan dukungan semua pihak, insya Allah konsep ini bisa kita wujudkan," ujarnya menegaskan.
Serap Pekerja Lokal, Bantah Isu Pusat Perjudian
Penyerapan tenaga lokal diakui Tomy juga menjadi hal yang diprioritaskan dalam pelaksanaan proyek Rempang Eco City. Dia memastikan penyerapan tenaga kerja dari masyarakat setempat akan diutamakan.
"Karena secara bisnis, apapun usahanya, biaya termurah adalah pemanfaatan masyarakat lokal. Kami pastikan itu, kita harus membangun bersama dengan masyarakat," ujarnya.
"Kita ingin insya Allah kalau diberikan dukungan kuat, dan umur saya masih panjang, kemungkinan yang terjadi adalah 75 persen, seperti itu."
Tomy juga membantah isu yang menuding Rempang akan disulap sebagai pusat hiburan malam, dengan ilustrasi bakal bertabur pusat judi atau kasino dan hiburan malam. Merespons hal tersebut, TW mengaku siap untuk diawasi bersama oleh semua pihak, termasuk masyarakat bersama pemerintah.
"Silakan kapan pun Rempang terbuka untuk kita awasi bersama," tegas dia.
Sebelumnya, Menko Bidang Kemaritiman dan Invesatsi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa kasus konflik agraria di Rempang, Batam, Kepulauan Riau kini sudah bisa ditangani. Dia mengaku bahwa pada awal-awal pengukuran hingga rencana relokasi memang ada pendekatan kurang pas.
"Di awal mungkin kita membuat sedikit tidak pas tapi niatnya semuanya baik. Sekarang tim yang ada di lapangan sudah menangani dengan baik. Tidak perlu kita membesar-besarkan kalau ada yang kurang, kalau ada yang membuat salah," kata Luhut saat ditemui di Sopo Del Tower, Kuningan, Jakarta, Kamis malam (28/09/2023).
Sehari sebelumnya, Luhut mengatakan pemerintah berharap penyelesaian konflik lahan dapat dituntaskan pada Februari 2024, sebelum segera memulai pembangunan Rempang Eco City.
Bentrokan di Rempang merefleksikan ketegangan antara dorongan Jokowi untuk mendatangkan investasi guna memacu Indonesia menuju perekonomian berpendapatan tinggi dan tantangan mengenai pengakuan masyarakat setempat atas tanah yang telah diklaim puluhan tahun telah mereka tempati.
(ain/ggq)