Logo Bloomberg Technoz

Tidak Ada Alasan Cemas, Bos LPS Ungkap Ekonomi RI Siap Bangkit

Redaksi
14 May 2025 14:56

Bloomberg Technoz, Jakarta - Di tengah kekhawatiran publik terhadap kondisi ekonomi global dan dinamika domestik, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, hadir membawa angin optimisme. Dalam Special Interview bersama Bloomberg Technoz, Purbaya menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk panik: ekonomi Indonesia bukan hanya stabil, tapi berada di jalur kebangkitan yang berkelanjutan.

“Kalau Anda tanya saya Desember lalu, saya akan bilang masa depan kita gelap. Tapi sekarang, saya yakin ekonomi kita sedang bounce back,” ungkap Purbaya.

Optimisme ini bukan tanpa dasar. Data-data ekonomi awal 2025 menunjukkan perbaikan signifikan. Penjualan semen dan kendaraan bermotor yang sebelumnya lesu kini kembali tumbuh. Indeks Manajer Pembelian (PMI) pun konsisten berada di atas 50, mengindikasikan ekspansi di sektor manufaktur. Survei konsumen LPS juga mencatat peningkatan optimisme masyarakat, dengan indeks kepercayaan yang melonjak di atas 100 untuk pertama kalinya dalam waktu lama.

Di sisi lain, LPS mencatat bahwa 99,93% rekening nasabah bank di Indonesia kini dijamin, menjadikan sistem penjaminan Indonesia salah satu yang paling kuat di dunia. “Kita menjamin simpanan hingga dua miliar rupiah per nasabah per bank—itu 23 kali lipat dari PDB per kapita. Bandingkan dengan negara maju yang hanya enam kali,” jelasnya. Dengan dana kelolaan sebesar Rp254 triliun, LPS siap menjaga stabilitas perbankan jika terjadi guncangan.

Meski demikian, Purbaya tak menampik bahwa tantangan tetap ada. Perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga, fluktuasi nilai tukar rupiah, serta persepsi negatif publik yang banyak tersebar lewat media sosial jadi catatan penting. “Banyak yang merasa ekonomi gelap karena narasi-narasi di TikTok. Padahal kalau lihat datanya, justru sedang membaik,” tegasnya, seraya menambahkan bahwa survei internal LPS dilakukan secara tatap muka ke lebih dari 1.700 kepala keluarga dengan metodologi ketat dan rekam jejak lebih dari 25 tahun.

Menyinggung kebijakan global, Purbaya bahkan melihat potensi keuntungan dari perang dagang yang dipicu Donald Trump. Tarif ekspor Indonesia ke AS lebih rendah dibanding negara pesaing seperti Vietnam dan Bangladesh, memberi keunggulan kompetitif. “Kita justru dapat bonus. Harusnya kita kirim surat terima kasih ke Trump,” ujarnya sembari tertawa.

Dari sisi fiskal dan daya tahan domestik, Purbaya optimistis. Ia menekankan bahwa 75% pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh permintaan domestik, menjadikannya relatif tahan terhadap guncangan global. Bahkan, jika dunia mengalami resesi, Indonesia tetap berpeluang tumbuh, sebagaimana pernah terjadi pada 2009 ketika Indonesia mencatat pertumbuhan 4,6% di saat banyak negara lain mengalami kontraksi.

Terkait proyek kontroversial seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Purbaya memilih berpijak pada suara rakyat. Menurut survei LPS, kepercayaan terhadap presiden Prabowo dan pemerintah tetap tinggi. “Kalau masyarakat puas dan percaya, maka stabilitas sosial politik terjaga. Itu jauh lebih penting dari opini segelintir elit,” tegasnya.

Untuk investor, baik asing maupun domestik, Purbaya memberi pesan yang lugas: waktunya untuk masuk. “Kalau Anda investor dan masih ragu, hati-hati jangan sampai ketinggalan kereta. Sekarang it's time to buy,” ujarnya mengakhiri wawancara dengan penuh keyakinan.

Simak wawancara lengkap bersama Purbaya Yudhi Sadewa hanya di Special Interview Bloomberg Technoz.

(red)