Catatan hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) menjadi penting karena akan terkait kisi-kisi kebijakan pemotongan suku bunga di 2026 — yang menjadi acuan banyak keputusan di masa depan investor global.
Sebagai catatan, di awal tahun ini Bitcoin menjadi barang panas dengan tren kenaikan yang solid hingga tembus US$100.000. Faktornya adalah persetujuan ETF spot, Bitcoin Halving, dan optimisme terhadap regulasi pro-kripto dari pemerintahan Trump.
Namun pada akhir kuartal pertama cenderungan harga melemah akibat tekanan kebijakan The Fed atas tingkat bunga, dan benar saja, satu bulan berselang BTC kembali mengudara ke batas all time high (ATH) baru mengekor performa gemilang harga emas global.
Sampai pada posisi terakhir ATH menembus US$126.000 bulan Oktober seiring skenario 'debasement trade' mata uang. Pada saat itu terjadi gelombang beli atas aset alternatif dan pelaku pasar menjauhi mata uang utama, utamanya dolar AS.
Laporan Bloomberg News menyatakan bahwa situasi politik di negara-negara ini “memberikan alasan untuk membeli emas dan Bitcoin sebagai lindung nilai atas penurunan,” kata Chris Weston, kepala riset Pepperstone Group.
Mengakhiri 2025
Beberapa pemegang aset kripto mungkin merugi, apalagi jika pembelian dilakukan di sekitar level puncak terbaru US$126.000. Ramalannya kemudian Bitcoin masih terus akan tertekan dan bersiap menutup tahun di zona merah pada ksiaran harga US$86.000.
Secara teknikal, Bitcoin memang tampak potensial bergerak kembali melemah untuk sementara dalam trend jangka pendek, terlihat pada chart 30 mins yang mencerminkan gerak Lower Low Lower High. Adapun range sempit Bitcoin berpotensi di US$86.000 sebagai support potensialnya, dan US$90.000 sebagai resistance terkuat, dalam time frame bulanannya (one month).
Sementara, Will Cong, profesor keuangan di Samuel Curtis Johnson School of Management, Cornell University menyebut bahwa situasi hari ini secara historis memperkuat tekanan penjualan pada akhir tahun.
Dan, apakah awal Januari Bitcoin akan rebound? Tidak ada jawaban pasti. Yang jelas, pasar masih menantikan momentum menarik baru seperti halnya di awal 2025 dimana taruhan dalam jumlah besar masuk efek dari janji politik dan reformasi besar-besaran Donald Trump atas dukungannya ke industri kripto.
“Gabungan antara pemerintahan yang ramah atas kripto dan berbagai metode pasar saham untuk mendapatkan eksposur membuat investor yang menyukai momentum dengan mudah berbondong-bondong masuk ke kripto,” kata Steve Sosnick, kepala strategi di Interactive Brokers. “Kejatuhan mendadak kripto pada 10 Oktober menjadi peringatan yang sangat tidak disukai.”
Pada bagian lain, saham-saham teknologi menjadi salah satu pendukung kenaikan S&P 500 memasuki kuartal akhir 2025 di tengah banyak big tech masif berinvestasi pada sektor kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Laporan Bloomberg News menyatakan bahwa investor lebih memilih saham teknologi, meski data pertumbuhan ekonomi AS yang kuat meredam ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter Federal Reserve dalam waktu dekat. Hal ini juga memperkuat keyakinan bahwa laba perusahaan akan terus berkembang pesat pada 2026.
- Dengan asistensi Judy Lagrou, Eliza Ronalds-Hannon, Toby Alder
(wep)
































