Logo Bloomberg Technoz

Pentagon merujuk pada unggahan Hegseth tersebut, sementara Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar. Seorang juru bicara Komando Pusat AS mengatakan serangan yang masih berlangsung menargetkan infrastruktur dan lokasi senjata ISIS.

“Semua teroris yang cukup jahat untuk menyerang warga Amerika dengan ini diperingatkan — ANDA AKAN DIPUKUL LEBIH KERAS DARI SEBELUMNYA JIKA ANDA, DENGAN CARA APA PUN, MENYERANG ATAU MENGANCAM A.S.,” tulis Trump dalam sebuah unggahan media sosial, seraya menambahkan bahwa pemerintah Suriah “sepenuhnya mendukung” operasi AS tersebut.

Trump sebelumnya berjanji akan memberikan “kerusakan besar” kepada para militan di balik serangan mematikan terhadap pasukan Amerika di Suriah, yang ia tuduhkan kepada kelompok Negara Islam.

Dua tentara Angkatan Darat AS, bersama seorang penerjemah AS, tewas dalam serangan tersebut pada Sabtu lalu di kota Palmyra, Suriah, saat menjalankan operasi kontra-terorisme.

Pelaku penembakan tersebut tewas, menurut Komando Pusat AS. Kantor berita pemerintah Suriah, Sana, melaporkan pada Minggu bahwa pasukan keamanan telah menangkap lima tersangka terkait serangan itu.

Trump juga menekankan bahwa serangan tersebut merupakan ulah kelompok Negara Islam — bukan pemerintah baru Suriah. Palmyra berada di luar kendali Ahmed al-Sharaa, yang telah berjanji akan bergabung dengan koalisi pimpinan AS untuk mengalahkan Negara Islam.

Pada masa jabatan pertamanya, Trump dua kali memerintahkan serangan ke Suriah dalam upaya menghancurkan program senjata kimia Bashar al-Assad. Dalam serangan April 2017, militer AS menembakkan puluhan rudal Tomahawk ke sebuah pangkalan udara di Suriah. Setahun kemudian, Trump memerintahkan serangan terhadap tiga fasilitas yang terkait dengan program senjata kimia tersebut.

Dengan serangan pada Jumat, Trump kini telah melancarkan aksi militer besar setidaknya tiga kali — terhadap pemberontak Houthi di Yaman, terhadap program nuklir Iran, serta dengan menargetkan dugaan penyelundup narkotika di Laut Karibia dan Samudra Pasifik bagian timur. Secara terpisah, pemerintahannya juga terus menjalankan kampanye kontra-terorisme terhadap militan al-Shabab di Somalia.

Serangan tersebut terjadi sekitar sebulan setelah penerus Assad sebagai presiden, al-Sharaa, bertemu Trump di Gedung Putih dan memperoleh pelonggaran sanksi tambahan sebagai imbalan atas janji untuk bergabung dengan koalisi pimpinan AS guna mengalahkan Negara Islam.

Kunjungan Sharaa menandai transformasi diplomatik yang luar biasa bagi mantan jihadis tersebut, yang setahun lalu masih memiliki hadiah buronan AS sebesar US$10 juta atas kepalanya. Kunjungan itu juga menjadi kali pertama seorang presiden Suriah mengunjungi Gedung Putih sejak negara tersebut merdeka pada 1946.

(bbn)

No more pages