“Pertukaran budaya melalui panda telah berkontribusi dalam memperbaiki sentimen publik di Jepang dan China, dan saya berharap pertukaran ini dapat terus berlanjut,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Minoru Kihara kepada wartawan pada Senin.
“Panda sangat populer di kalangan masyarakat Jepang, dan saya memahami bahwa dua panda yang dikembalikan ini juga telah lama dicintai banyak orang,” tambah Kihara. “Saya berharap mereka dapat hidup sehat di China.”
Sering dijuluki “diplomasi panda,” peminjaman beruang ini merupakan bagian dari upaya China untuk memperkuat soft power-nya. Jika dulu panda pernah diberikan sebagai hadiah, kini hampir selalu dipinjamkan, dengan kepemilikan tetap berada di tangan China. Jepang telah secara berkelanjutan menjadi tuan rumah panda sejak 1972, ketika kedua negara memformalkan hubungan diplomatik melalui komunike bersama.
Saat ini belum ada kesepakatan untuk mendatangkan panda tambahan, kata seorang pejabat Pemerintah Metropolitan Tokyo pada Senin. Pejabat tersebut menolak berkomentar apakah negosiasi sedang berlangsung. Kihara mengatakan ia mengetahui adanya beberapa pemerintah daerah dan kebun binatang yang menyatakan minat untuk meminjam panda baru.
Berbeda dengan Jepang, Prancis berhasil memperoleh pinjaman sepasang panda saat Presiden Emmanuel Macron berkunjung ke China pada awal Desember. China juga meminjamkan panda ke Australia awal tahun ini setelah hubungan kedua negara mencair.
Amerika Serikat sempat diperkirakan akan kehilangan panda terakhirnya, namun Presiden Xi Jinping pada 2023 berjanji akan mengirim lebih banyak panda yang ia sebut sebagai “utusan persahabatan.”
Mengantisipasi membludaknya pengunjung yang ingin melihat terakhir kali sepasang panda kembar tersebut, Kebun Binatang Ueno akan membatasi kunjungan hanya bagi pemegang reservasi mulai Selasa, dan pengunjung akan diarahkan untuk bergerak setelah sekitar 60 detik, menurut Pemerintah Metropolitan Tokyo. Panda merupakan atraksi paling populer di kebun binatang tersebut.
Ketegangan antara Tokyo dan Beijing meningkat setelah komentar Takaichi di parlemen pada 7 November yang menyebut krisis Taiwan bisa menjadi “situasi yang mengancam kelangsungan hidup” Jepang. Klasifikasi semacam itu akan memberikan dasar hukum bagi Tokyo untuk mengerahkan militernya bersama negara lain jika mereka memilih untuk merespons.
Sejak itu, peringatan perjalanan dari China telah memukul perekonomian Jepang bagian barat, dan militer China dilaporkan mengarahkan radar pengendali tembakan ke satu atau lebih jet tempur Jepang di Laut China Timur, menurut pemerintah Jepang.
Takaichi berulang kali menegaskan bahwa posisi Tokyo terkait Taiwan tidak berubah dan tetap sejalan dengan komunike 1972. Dalam pernyataan bersama tersebut, Jepang menyatakan memahami dan menghormati pandangan Beijing bahwa Taiwan merupakan bagian “tak terpisahkan” dari wilayah China, tanpa menyatakan persetujuan terhadap pandangan tersebut.
Sebuah jajak pendapat oleh penyiar Jepang ANN yang dilakukan pada akhir pekan menunjukkan bahwa 66% responden setidaknya agak khawatir terhadap memburuknya hubungan dengan China.
(bbn)

































