Meski demikian, Bank Dunia masih memproyeksikan defisit APBN untuk sepanjang tahun ini masih berada di angka 2,8%, dan akan berlanjut pada 2026 mendatang yang juga masih 2,8%.
Tetapi, pada 2027, defisit akan melebar ke angka 2,9%. Meski demikian, angka tersebut masih dalam ambang batas aman sesuai patokan yang ditetapkan dalam Undang-undang Keuangan Negara (UU KN) sebesar 3%.
Namun, mereka tetap menggarisbawahi jika pemerintah Indonesia harus berupaya mengoptimalisasi penerimaan negara lebih baik ke depan guna mengurangi risiko melebarnya defisit tersebut.
“Dengan meningkatnya risiko kekurangan penerimaan dan defisit yang lebih lebar pada 2026–2027, upaya mobilisasi penerimaan negara yang lebih kuat menjadi sangat mendesak," papar mereka.
Terlebih, jika pendapatan semakin berkurang, rasio utang pemerintah diperkirakan juga akan semakin meningkat. Pada 2024, rasio utang terhadap PDB tercatat sebesar 39,8%.
Namun, pada 2025, Bank Dunia memproyeksi rasio utang akan mengalami kenaikan menjadi sebesar 40,5%. Pada 2026 mendatang juga semakin naik menjadi 41,1%, dan bisa menyentuh 41,5% pada 2027.
"Diperlukan strategi penerimaan negara yang lebih berani dan proaktif untuk menjaga keberlanjutan fiskal. seiring meningkatnya risiko kekurangan penerimaan dan pelebaran defisit pada 2026–2027," tutur mereka.
Dengan berbagai risiko tersebut, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 akan mencapai 5%, tak berbeda dari tahun sebelumnya dan 2026. Pada 2027, pertumbuhan diproyeksikan akan meningkat menjadi 5,2%.
(dhf)






























