Jepang sebelumnya menikmati pertumbuhan kuat dalam pariwisata China, dengan jumlah kedatangan lebih dari dua kali lipat pada November tahun lalu dibandingkan setahun sebelumnya.
Kenaikan total kedatangan wisatawan didorong oleh pengunjung dari Korea Selatan, Taiwan, dan Amerika Serikat. Korea Selatan tetap menjadi sumber wisatawan terbesar Jepang, disusul China, Taiwan, dan AS.
Meski demikian, penarikan diri China membawa dampak yang sangat besar. Wisatawan China merupakan pembelanja terbesar di Jepang, menyumbang seperlima dari pendapatan pariwisata nasional sebesar ¥8,1 triliun (US$52,4 miliar). Mundurnya mereka memukul perekonomian yang tengah menghadapi penurunan populasi, sehingga pariwisata menjadi salah satu dari sedikit mesin pertumbuhan yang andal.
Jepang berpotensi kehilangan ¥1,2 triliun (US$7,7 miliar) pendapatan pariwisata tahun depan jika pembekuan perjalanan berlanjut, menurut Hiromu Komiya, ekonom di Japan Research Institute.
Sentimen Korporasi
Pembatasan perjalanan dari China memecah sentimen dunia usaha. Sekitar 40% perusahaan — terutama di ritel, jasa makanan, perhotelan, dan pariwisata — melaporkan dampak negatif, sementara 40% lainnya melihat dampak kecil hingga tidak ada sama sekali, menurut survei Teikoku Databank Ltd. pada Desember terhadap lebih dari 1.000 perusahaan.
Osaka, pusat ekonomi terbesar kedua Jepang dan gerbang utama pariwisata bagi wisatawan China, mengalami dampak paling parah. Bandara Internasional Kansai mencatat pemangkasan penerbangan terdalam secara nasional.
Pemesanan perjalanan dari China ke Osaka untuk keberangkatan musim dingin dan awal musim semi turun 55% hingga 65%, lebih dalam dibandingkan rata-rata nasional, menurut peneliti pemasaran China Trading Desk. Belanja barang mewah oleh wisatawan China di Osaka diperkirakan turun sekitar setengahnya menjadi US$40 juta hingga US$60 juta per bulan.
Peritel langsung merasakan perubahan tersebut. Isetan Mitsukoshi Holdings Ltd. menyatakan penjualan bebas bea turun sekitar 20% pada dua pekan pertama Desember dibandingkan setahun sebelumnya, sementara penjualan keseluruhan turun sekitar 2%. Penjualan bebas bea di gerai utama Matsuya Co. di Ginza turun sekitar 15% bulan lalu dibandingkan setahun sebelumnya, sementara penjualan total hanya turun 1,2%.
Sebagian perusahaan memperkirakan kondisi akan stabil seiring Jepang secara bertahap mengurangi ketergantungan pada China dan kekhawatiran terhadap overtourism mereda, menurut survei Teikoku Databank. Jepang juga telah mendorong destinasi regional untuk mendiversifikasi komposisi wisatawan sejak pembukaan kembali pascapandemi.
Kemajuan memang tidak merata, tetapi terlihat. Di Gifu, wisatawan China kini hanya menyumbang 10% dari total masa inap, turun dari 41% pada 2019, menurut data pemerintah. Di Shizuoka, angka tersebut turun menjadi 45% dari sebelumnya 71%.
(bbn)

































