Logo Bloomberg Technoz

Meski demikian Yannes menilai bahwa dengan melihat struktur pasar saat ini, pertumbuhan mobil listrik ini tidak akan linier dan merata di semua segmen pasar.

Peluang EV Turun Lebih Jauh

Melihat perkembangan mobil listrik yang terus mencatatkan penurunan, Yannes mengatakan bahwa  ke depan bisa saja mobil listrik akan mulai digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah dengan harga di bawah Rp100 juta. Meski demikian, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar EV dapat dijual dengan harga dibawah Rp100 juta

Menurutnya segmen ini baru akan meledak ketika terjadi beberapa kombinasi. Seperti, turunnya biaya baterai, kejelasan insentif fiskal pengganti skema sekarang, serta masuknya ‘EV rakyat’ ultra-kompak yang posisinya menggantikan LCGC.

“Jadi dalam 2 sampai 3 tahun ke depan saya lebih melihat fase konsolidasi keras dulu sebelum nanti muncul kurva akselerasi baru ketika produk dan regulasinya akhirnya ketemu. Kalau kita tarik pelajaran dari program LCGC tahun 2012–2013, maka wacana EV di bawah Rp100 juta hanya menjadi masuk akal kalau para pembuat kebijakan berani merancang LCGC EV 2.0 yang secara sengaja menurunkan struktur biayanya, bukan sekadar berharap pasar bekerja sendiri,” jelasnya.

Ia menjelaskan, artinya negara harus memberi insentif fiskal yang jelas, membuka ruang industrialisasi baterai murah di dalam negeri, dan mewajibkan skala produksi massal dengan real TKDN [Tingkatan Komponen Dalam Negeri].

“Bukan sekadar administratif, tapi benar-benar melibatkan prinsipal domestik dan terjadi transfer teknologi inti yang realistis agar biaya per unit turun signifikan. Sementara produsen kita dorong masuk ke segmen city car listrik ultra-kompak yang menyasar generasi muda pengguna LCGC hari ini,” tambahnya.

“Sehingga di tengah daya beli kelas menengah yang masih rapuh, bisa lahir transisi bertahap dari LCGC berbahan bakar fosil menuju LCEV (Low Cost Eletric Vehicle) tanpa mengulang distorsi lama LCGC yang tidak low cost dan tidak green dalam format yang lebih adil bagi semua pengguna,” pungkasnya.

(ell)

No more pages