Logo Bloomberg Technoz

Ia menjelaskan valuasi saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini masih tergolong murah. Pertumbuhan rata-rata Earnings Per Share (EPS) emiten disebut mencapai 12%, termasuk pada banyak saham non-blue chip yang dinilai memiliki fundamental solid.

“Lihat fundamental-nya, lihat teknikalnya, lihat likuiditasnya. Banyak. Tidak cuma blue chip. Di luar blue chip juga banyak yang bagus fundamentalnya,” imbuh Oki.

Seperti diketahui, IHSG telah mencatatkan ATH sebanyak 22 kali hingga 3 Desember 2025. Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menyebut rekor tersebut terjadi dalam dua era Menteri Keuangan, yakni Sri Mulyani dan Purbaya Yudhi Sadewa.

Namun secara akumulasi, Iman menyatakan ATH terbanyak terjadi pada periode Menkeu Purbaya, yakni 21 kali. Sementara pada era Sri Mulyani, IHSG hanya sekali mencetak ATH.

“Sri Mulyani satu kali, Pak Purbaya 21 kali karena tembus 8.000 zaman beliau. Jadi kalau bicara 8.000 dan kemudian setiap dua bulan naik terus sampai kemarin 8.600,” kata Iman dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/12/2025).

Pada perdagangan Senin (8/12), IHSG kembali mencetak ATH baru, ditutup menguat 77,93 poin atau 0,9% ke level 8.710,69.

Pergerakan IHSG tersebut sejalan dengan optimisme Menkeu Purbaya. Sebelumnya, Purbaya beberapa kali menyatakan bahwa IHSG berpotensi menembus 9.000 hingga akhir tahun. Ia menilai pasar merespons pernyataan dan kebijakan yang dibuat pemerintah dalam implementasi portofolio.

Purbaya mengakui terdapat saham-saham gorengan di pasar, namun menekankan bahwa masih banyak emiten besar dengan fundamental kuat yang menopang kenaikan indeks.

Ia menuturkan target IHSG bukan didasarkan firasat, melainkan pola historis dan perhitungan ekonomi yang dapat dijelaskan secara sistematis. Menurutnya, proyeksi tersebut tercermin dari pengamatan panjang terhadap siklus ekonomi dan pasar saham selama puluhan tahun.

Dalam tiap siklus ekonomi, ujar Purbaya, pasar saham umumnya naik empat hingga lima kali lipat dari titik terendah ke titik tertinggi. Ia menilai pola tersebut konsisten secara historis.

“Makanya Indeks bisa naik ke atas. Kalau ditanya gimana Indeks? To the moon. Akhir tahun ini berapa? 9.000. Sepuluh tahun lagi berapa? 32.000,” kata Purbaya dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Selasa (28/10/2025).

(dhf)

No more pages