“Jadi yang kami dengar seperti itu, jadi saya rasa itu rencana yang sangat baik sekali untuk pertumbuhan pasar otomotif dan industri otomotif.”
Setali tiga uang, Bob Azam, Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia menyambut rencana insentif yang akan dikucurkan oleh pemerintah mengingat penjualan mobil yang saat ini sedang berdarah-darah. Ia mengatakan insentif yang diberikan pemerintah di kala Covid-19 merebak lalu kemungkinan bisa menjadi acuan insentif pemerintah untuk menggerakan sektor otomotif.
“Seperti pengalaman kita waktu Covid itu, pemerintah kasih insentif. Bukannya income pemerintah turun, malah naik. Karena orang yang beli lebih banyak, sehingga pajaknya juga lebih besar.” kata Bob.
Meski demikian, Bob belum memperoleh bocoran mengenai insentif apa yang mungkin diberikan oleh pemerintah untuk industri otomotif.
“Tapi pengalaman waktu Covid itu bisa jadi contoh ya bahwa tidak selalu menurunkan tax rate itu, mengurangi tax rate-nya pemerintah.” tegasnya.
Sambutan terhadap wacana pemerintah ini juga dilontarkan oleh pabrikan Jepang lainnya yakni PT Astra Daihatsu Motor. Daihatsu menilai bahwa apapun kebijakan pemerintah seyogyanya sudah dipikirkan dengan matang.
"Pasti kita mengapresiasi. Kalau langkah pemerintah itu kan pasti sudah dipikirkan dengan matang," kata Direktur Marketing dan Direktur Corporate Planning & Communication Daihatsu, Sri Agung Handayani saat ditemui di gelaran Gaikindo Jakarta Auto Week, Tangerang, Jumat (21/11/2025).
Menurutnya, guyuran insentif itu nantinya dapat mendongkrak industri otomotif yang saat ini sedang lesu. Pasalnya, menurut Agung, kondisi pasar otomotif Tanah Air saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ia pun menyinggung, pencapaian penjualan di tahun 2025 ini diprediksi lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kondisi market Indonesia jujur ya, pencapaian di tahun ini bahkan diprediksi lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu," sebutnya.
"Artinya ini [rencana insentif] salah satu hal positif untuk kita bisa dapatkan harga yang lebih kompetitif dan kemudahan bagi masyarakat Indonesia untuk membeli [mobil] pastinya," tambahnya.
Agung melanjutkan, secara makroekonomi, kondisi daya beli masyarakat sedang goyah karena sektor formal dan informal yang tak baik-baik saja. Hal ini menyebabkan konsumsi masyarakat menurun dan turut memberikan efek, termasuk pembelian mobil pertama.
"Jadi kalau ditanya tadi market share siapa yang kena, kita bicara segmen dulu. Segmen yang paling turun, paling besar adalah LCGC, siapa lagi yang kena adalah MPV low, siapa lagi yang kena adalah SUV medium," sebutnya.
Sebelumnya, disebutkan jika Kementerian Perindustrian tengah memfinalkan usulan kebijakan insentif bagi sektor otomotif yang akan diajukan kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai bagian dari paket kebijakan fiskal tahun 2026.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, langkah ini diambil untuk mempercepat pemulihan dan penguatan industri otomotif nasional yang saat ini menghadapi tekanan daya beli di pasar domestik dan dinamika pasar global.
“Kami di Kemenperin melihat sektor otomotif terlalu penting untuk diabaikan. Multiplier effect yang tinggi, baik keterkaitan ke depan dan belakang (backward dan forward linkage) subsektor terhadap sektor lain dalam ekonomi nasional, dan di dalamnya ada penyerapan tenaga kerja yang tinggi pula maka kita mengambil keputusan mengusulkan insentif bagi sektor ini. Hampir mirip dengan insentif otomotif pada saat Covid 19 dulu,” sebut Agus.
Berdasarkan data GAIKINDO di bulan Oktober, penjualan kendaraan roda empat meningkat drastis mencapai 19,2% secara wholesales yakni sebesar 74.019 unit.
Sementara di September yang lalu, penjualan kendaraan roda empat hanya mencapai 62.077 unit saja. Artinya terdapat kenaikan penjualan sebesar 11.942 unit di bulan Oktober.
Kemudian, secara retail sales, penjualan mobil mencatatkan kenaikan sebesar 17,2% ke angka 74.720 unit di bulan Oktober 2025. Naik 10.968 unit dibandingkan dengan angka penjualan di bulan September 2025 sebesar 63.752.
Penjualan retail sales Oktober tahun ini juga naik 1,4% dibandingkan dengan penjualan pada Oktober tahun lalu yang sebesar 73.665 unit. Jika dilihat secara wholesales, penjualan Oktober tahun ini turun 4,4% dibanding Oktober tahun 2024 yang berada di angka 77.404 unit.
Meski demikian, penjualan Oktober belum bisa mendongkrak angka penjualan mobil di tahun 2025.
Dari Januari hingga Oktober 2025, penjualan mobil baru mencapai angka 635,844 secara wholesales atau turun sebanyak 10,6% apabila dibandingkan dengan penjualan selama Januari hingga Oktober 2025 di level 711.064 unit.
(ell)
































