Logo Bloomberg Technoz

Platform media sosial harus mematuhi aturan ini dengan mencegah anak di bawah 16 tahun membuat akun atau menghindari pembatasan. Mereka juga harus menonaktifkan atau menghapus akun anak di bawah umur yang sudah ada mulai 10 Desember. Platform yang melanggar aturan ini dapat dikenai denda hingga A$49,5 juta atau sekitar US$32 juta (Rp535 miliar) untuk setiap pelanggaran. Anak di bawah umur — dan orang tua mereka — tidak akan dikenai sanksi jika melanggar aturan. 

Platform yang akan dilarang?

Regulator keamanan online Australia, eSafety, mengumumkan pada 4 November bahwa sembilan platform akan dikenakan batasan usia: Facebook, Instagram, Snapchat, TikTok, X, YouTube, Reddit, Kick, dan Threads.

Layanan-layanan tersebut memenuhi persyaratan utama bahwa “tujuan utama atau signifikan mereka adalah memfasilitasi interaksi sosial online,” kata eSafety.

Platform yang bebas dari aturan?

Regulator telah memberitahu beberapa platform online bahwa mereka tidak akan dikenakan pembatasan. Platform-platform tersebut adalah: Discord, GitHub, LEGO Play, Roblox, Steam dan Steam Chat, Google Classroom, Messenger, WhatsApp, dan YouTube Kids. 

Namun, undang-undang tersebut memungkinkan pemerintah untuk memperbarui daftar platform yang termasuk dalam larangan seiring dengan perkembangan layanan mereka.

Mengapa Australia ngotot batasi akses anak main media sosial?

Media sosial. (Bloomberg)

Sejak 2021, usai penyelidikan parlemen mengenai keamanan media sosial dan konten online, tekanan masyarakat terhadap pemerintah untuk bertindak semakin meningkat. Penyelidikan tersebut mencakup kesaksian yang menggetarkan dari korban pelecehan online dan orang tua anak-anak yang bunuh diri.

Dalam beberapa hal, pemerintah terpaksa mengambil tindakan. Tahun lalu, penerbit surat kabar News Corp. meluncurkan kampanye berjudul “Let Them Be Kids”, yang menyerukan agar anak di bawah 16 tahun dilarang memiliki akun media sosial — ide yang didukung oleh partai oposisi utama. Dalam hitungan bulan, Perdana Menteri Anthony Albanese mendorong RUU tersebut melalui parlemen, dengan mengatakan ia ingin “anak-anak memiliki masa kecil mereka.” Anak-anak, katanya, seharusnya bermain di luar, mencoba berbagai olahraga, menemukan musik dan seni, atau bermain air di kolam renang. 

Komisioner eSafety Australia, Julie Inman Grant, mengatakan bahwa anak-anak tidak mampu menandingi kekuatan media sosial. “Harapannya, setidaknya kita dapat melindungi mereka dari beberapa fitur yang lebih berbahaya dan menipu,” katanya dalam sebuah wawancara tahun ini. “Dengan algoritma manipulatif, pola gelap, dan lubang kelinci, ini bukanlah pertarungan yang adil.”

Ada juga kekhawatiran luas tentang dampak waktu layar yang berkepanjangan pada anak-anak dan sifat adiktif dari umpan media sosial.

Cara platform media sosial akan memverifikasi usia pengguna?

Platform kemungkinan akan menerapkan beberapa lapisan verifikasi usia. Langkah-langkah ini secara umum terbagi menjadi tiga kategori: verifikasi usia, perkiraan usia, dan inferensi usia.

Verifikasi usia melibatkan penyediaan dokumen sebagai bukti usia, meskipun platform tidak diizinkan mengandalkan identitas yang diterbitkan pemerintah secara eksklusif. Perkiraan usia menggunakan data biometrik — menganalisis wajah, suara, atau ciri fisik lain yang berubah seiring bertambahnya usia seseorang. Penarikan kesimpulan usia menganalisis perilaku online seperti pilihan kata, riwayat penelusuran, atau jaringan pertemanan untuk memperkirakan usia pengguna. 

Banyak dari langkah-langkah ini, bagaimanapun, tetap tidak dapat diandalkan. Menentukan apakah seseorang berusia di atas atau di bawah 16 tahun berdasarkan ciri fisiologisnya saja sangat menantang, menurut perusahaan teknologi.

Bisakan pemerintah Australia menegakkan aturan?

Bahkan pemerintah sendiri tidak mengharapkan larangan ini akan sepenuhnya efektif. Lagi pula, banyak anak-anak di seluruh dunia berhasil mendapatkan alkohol atau tembakau sebelum mereka diizinkan secara hukum untuk membelinya — dan undang-undang Australia mencerminkan kenyataan tersebut. Regilasi tersebut menyatakan bahwa operator media sosial harus mengambil “langkah-langkah yang wajar” untuk mematuhi aturan, yang berarti perusahaan kemungkinan tidak akan dikenai sanksi jika beberapa anak di bawah umur berhasil menemukan cara untuk lolos. 

Regulator keamanan online mengatakan kemungkinan akan meminta operator platform untuk merinci jumlah pemilik akun dari berbagai usia sebelum dan setelah 10 Desember. Mereka juga mungkin menanyakan teknologi verifikasi usia yang digunakan platform, serta tingkat akurasinya.

Pemerintah lebih khawatir tentang kegagalan sistemik atau proses yang cacat di dalam perusahaan media sosial daripada mencegah setiap anak di bawah umur mengakses platform. “Bahkan jika tidak sempurna, hal ini terlalu penting untuk tidak dicoba,” kata Menteri Komunikasi Anika Wells.

Pada kenyataannya, perusahaan media sosial akan memiliki kebebasan yang signifikan dalam cara mereka mematuhi aturan. Mereka diberi wewenang untuk menentukan margin kesalahan yang dapat diterima saat memperkirakan usia pengguna, berdasarkan basis pengguna platform tersebut. 

Tanggapan atas kebijakan larangan anak bermain TikTok dll?

Larangan media sosial yang akan diberlakukan di Australia menimbulkan perdebatan. Tidak mengherankan, platform-platform besar menentang larangan tersebut. Mereka keberatan dengan cara undang-undang tersebut disahkan dengan terburu-buru di parlemen pada akhir 2024, dan mereka masih berargumen bahwa larangan tersebut mewakili tantangan teknologi yang signifikan. Banyak perusahaan juga mengatakan bahwa mereka sudah berkomitmen untuk melindungi anak-anak dan telah menerapkan langkah-langkah untuk melakukannya selama bertahun-tahun. Beberapa platform terus menerapkan batasan baru. 

Unicef, badan PBB untuk anak-anak, telah memperingatkan bahwa larangan ini dapat mendorong remaja ke tempat-tempat online yang lebih berisiko dan tidak teratur. Beberapa akademisi berargumen bahwa salah satu kelemahan larangan ini adalah tidak membatasi produksi materi berbahaya, maupun algoritma yang mengalirkan konten semacam itu kepada pengguna.

Terdapat juga kritik bahwa melarang remaja muda menggunakan media sosial menghilangkan sarana penting untuk dukungan emosional dan koneksi. Yang lain mengatakan undang-undang ini memberikan orang tua rasa aman yang palsu, mengurangi insentif mereka untuk mendidik anak-anak tentang bahaya online.

Aktivis privasi khawatir bahwa dokumen identitas dan data biometrik yang digunakan untuk menentukan usia pengguna dapat disalahgunakan, dimonetisasi, atau dieksploitasi. Pada Juni, sebuah uji coba yang dipesan oleh pemerintah menyimpulkan bahwa verifikasi usia “dapat bersifat pribadi, kokoh, dan efektif” dan tidak ada hambatan teknologi yang signifikan untuk undang-undang tersebut.

Di kalangan masyarakat luas, terdapat dukungan yang signifikan terhadap undang-undang tersebut. Survei YouGov yang dilakukan saat undang-undang tersebut disahkan menunjukkan bahwa 77% warga Australia mendukungnya. 

Akan berlaku di tempat lain?

Larangan menyeluruh Australia bersifat unik, dan pemerintah sering menggambarkan undang-undangnya sebagai yang pertama di dunia. Meskipun beberapa negara bagian Amerika Serikat telah berusaha membatasi akses anak-anak ke media sosial — dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi — banyak dari langkah-langkah tersebut memberikan pengecualian bagi anak-anak yang mendapatkan persetujuan orang tua.

Banyak negara kini mempertimbangkan untuk menaikkan batas usia minimum pengguna media sosial, atau sudah bekerja menuju pengesahan undang-undang serupa. Selandia Baru pada Mei mengikuti Australia dan mengusulkan larangan media sosial untuk anak di bawah 16 tahun, sementara Denmark telah merencanakan larangan bagi anak di bawah 15 tahun untuk menggunakan media sosial. “Kami telah melepaskan monster,” kata Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen kepada parlemen negaranya pada 7 Oktober, merujuk pada media sosial.

Melarang anak akses media sosial dan sisi pertaruhan

Peraturan baru Australia bisa menjadi awal pergeseran budaya yang signifikan bagi generasi anak-anak dan remaja yang telah lama menjadikan media sosial sebagai bagian penting dari identitas, ekspresi diri, dan rasa keterikatan mereka. Bagi yang lain, larangan media sosial mungkin berarti kelegaan dari rasa sakit dan penderitaan yang juga bisa ditimbulkan oleh platform digital.

Bagi raksasa teknologi seperti Meta, YouTube, Snapchat, dan TikTok, dampak finansialnya bisa sangat signifikan. Menurut komisioner eSafety, sekitar 95% anak berusia 10 hingga 15 tahun di Australia memiliki setidaknya satu akun media sosial. Artinya, operator platform tidak lagi dapat memonetisasi sekitar 2,5 juta pengguna di bawah umur.

Ancaman yang lebih besar bagi korporasi berasal dari kemungkinan gelombang penindakan serupa di negara lain. Jika larangan media sosial untuk remaja muda menjadi luas, perusahaan teknologi di balik platform media sosial akan kehilangan kelompok pengguna kunci yang penting untuk keterlibatan berkelanjutan, dan para pengiklan tidak ingin melepaskannya karena mereka akan semakin membeli produk dan layanan di masa depan.  

“Kenyataannya, undang-undang kami adalah arah yang akan diambil dunia,” kata Perdana Menteri Albanese di PBB pada September. Sudah jelas bahwa beberapa pemerintah melihat eksperimen Australia sebagai kasus uji coba. “Saya terinspirasi oleh contoh Australia,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. “Kami di Eropa sedang mengamati dan akan belajar dari Anda.” Singapura juga sedang mempelajari batasan usia untuk media sosial dan telah membahas isu ini dengan Australia. 

(bbn)

No more pages