Logo Bloomberg Technoz

Dalam mendukung kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan, BRI aktif dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG), dengan 3.854 Satuan Penyedia Pangan Gizi (SPPG) yang memperoleh layanan perbankan, serta menyalurkan Rp104,4 miliar untuk pembangunan dapur MBG di berbagai wilayah.

BRI juga mendukung Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP) melalui pendampingan, pemberdayaan koperasi, dan layanan transaksi via Agen BRILink. Selain itu, Perseroan berkontribusi dalam program 3 Juta Rumah melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) kepada 110 ribu MBR senilai Rp15,07 triliun, serta mengoptimalkan penempatan dana pemerintah sebesar Rp55 triliun dari SAL untuk pembiayaan sektor produktif, yang telah dialokasikan untuk segmen mikro, korporasi, komersial, dan konsumer.

BRI juga menyalurkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) Rp2,25 triliun kepada 3,7 juta penerima dan mendukung BLTS Kesra untuk menjaga daya beli masyarakat. Semua capaian ini didukung oleh transformasi bisnis berkelanjutan melalui program “BRIVolution Reignite”, yang fokus pada penguatan core business dan transformasi bisnis funding.

“Sebagai bagian dari strategi diversifikasi sumber pertumbuhan, BRI juga terus mengembangkan “Second Engines of Growth” melalui penguatan segmen konsumer dan pengembangan layanan bullion atau bank emas,” ujar Hery Gunardi. 

Dengan berbagai inisiatif transformasi yang telah berjalan, kinerja keuangan BRI hingga Triwulan III 2025 pun menunjukkan tren pertumbuhan yang positif dan berkelanjutan, dengan fokus strategi penghimpunan dana murah (CASA) yang berhasil mendorong efisiensi biaya dana dan menopang fundamental bisnis perseroan.

Tercatat, total aset BRI tumbuh 8,2% YoY, menjadi Rp2.123,4 triliun. Selanjutnya, dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI juga menunjukkan peningkatan yang solid, di mana dana pihak ketiga tercatat tumbuh 8,2% yoy menjadi Rp1.474,8 triliun. Dari sisi intermediasi, penyaluran kredit BRI tumbuh 6,3% YoY menjadi Rp1.438,1 triliun.

“Perbaikan fundamental kinerja BRI tersebut berdampak positif terhadap capaian laba perseroan. BRI berhasil mencetak Laba bersih sebesar Rp41,2 triliun hingga akhir Triwulan III 2025,” tegasnya. 

Kinerja keuangan yang solid tersebut juga tercermin dari aspek permodalan dan likuiditas. Direktur Finance & Strategy BRI Viviana Dyah Ayu menjelaskan bahwa BRI memiliki permodalan yang kuat. “Capital Adequacy Ratio (CAR) BRI ada di 25,4%, di atas ketentuan minimum regulator. Kondisi ini menunjukkan kemampuan BRI menyerap risiko sekaligus menyediakan ruang untuk ekspansi bisnis sehat dan berkelanjutan”, ujar Viviana.

Selain itu, dari sisi likuiditas, Loan to Deposit Ratio (LDR) bank berada di level yang memadai sebesar 86,5%. Angka ini memberikan ruang likuiditas yang memadai bagi BRI untuk terus tumbuh secara sehat dan berkelanjutan. Kondisi likuiditas yang memadai tersebut juga didukung oleh perbaikan struktur pendanaan BRI yang tercermin dari rasio dana murah (CASA) yang meningkat menjadi 67,6% pada akhir Triwulan III 2025. 

“Kedisiplinan dalam pengelolaan likuiditas terus menjadi fondasi utama bagi BRI dalam menjaga efisiensi biaya dana dan memastikan struktur dana pihak ketiga (pendanaan) yang optimal,” ujarnya.

Dari sisi manajemen risiko, BRI terus menjaga kualitas aset dan disiplin prudential banking. Direktur Manajemen Risiko BRI Mucharom menjelaskan bahwa rasio Non-Performing Loan (NPL) BRI berada di level 3,08%, dengan NPL Coverage Ratio mencapai 183,1%.

“Angka ini menunjukkan tingkat kewaspadaan dan kehati-hatian yang tinggi. Dengan coverage ratio yang sangat memadai, BRI mampu menjaga stabilitas neraca secara berkelanjutan sekaligus memberikan keyakinan kepada investor dan regulator,” jelasnya.

Selanjutnya, pertumbuhan dana pihak ketiga BRI secara konsolidasi tercatat tumbuh 8,2% yoy menjadi Rp1.474,8 triliun. Secara kualitas, komposisi dana juga menunjukkan perbaikan signifikan dengan porsi CASA meningkat menjadi 67,6% dari total DPK. Pertumbuhan CASA mencapai 14,1% YoY, didorong oleh kenaikan dana giro yang tumbuh sebesar 24,5% YoY dan tabungan tumbuh 7,2% YoY. 

Keberhasilan BRI untuk terus meningkatkan DPK utamanya pada dana murah tak lepas dari berbagai strategi Retail Funding & Transaction yang kami terapkan, diantaranya Optimalisasi Digital Channel, Penguatan Produk dan fungsi pemasar, Optimalisasi bisnis Wealth Management, Kolaborasi dengan perusahaan anak, dan Peningkatan Payroll yang berkualitas.

Transformasi struktur pendanaan yang dijalankan BRI melalui penguatan ekosistem digital seperti BRImo, Qlola by BRI, QRIS, dan perluasan transaksi merchant telah menunjukkan hasil positif. Inisiatif ini mendorong peningkatan volume transaksi sekaligus memperkuat pertumbuhan dana murah (CASA).

Jumlah pengguna BRImo meningkat 19,4% YoY menjadi 44,4 juta user, dengan volume transaksi naik 25,6% YoY menjadi Rp5.067,1 triliun. Selain itu, Qlola by BRI, platform digital untuk nasabah wholesale dan korporasi, juga mencatat peningkatan volume transaksi sebesar 35,4% YoY menjadi Rp9.317 triliun. “Volume transaksi bisnis merchant BRI meningkat 20,8% secara yoy, menjadi Rp160,7 triliun. Sementara itu volume transaksi QRIS BRI meningkat 133,1% YoY menjadi Rp59,4 triliun dengan jumlah transaksi meningkat 161,4% YoY menjadi 527,5 miliar transaksi.

Semakin kuatnya ekosistem digital banking BRI juga tercermin dari komposisi transaksi melalui channel digital yang telah mencapai 99,4% dari total transaksi BRI. Hal ini mencerminkan keberhasilan BRI dalam mendorong migrasi nasabah dari transaksi berbasis outlet ke kanal digital yang lebih efisien, cepat dan aman

Komposisi CASA yang meningkat berkontribusi langsung pada penurunan biaya dana pihak ketiga. Dengan demikian, transformasi digital BRI tidak hanya memperluas akses layanan dan kenyamanan nasabah, namun juga memperkuat profitabilitas perseroan serta menjadi fondasi bagi pertumbuhan BRI secara berkelanjutan.

Selain penguatan di sisi funding, BRI juga memperkokoh bisnis mikro dan sinergi di bawah Holding Ultra Mikro (UMi). Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya menjelaskan bahwa BRI terus melakukan business process reengineering untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi layanan mikro, termasuk redesain peran mantri dan optimalisasi platform BRIspot.

“Hingga akhir September 2025, Holding UMi yang terdiri dari BRI, Pegadaian, dan PNM telah menjangkau 34,5 juta debitur aktif dengan 185 juta rekening simpanan mikro. Kami juga memiliki 1.035 outlet SenyuM, serta 3,8 juta nasabah emas dengan total simpanan 13,7 ton, tumbuh 66,9% YoY,” ujar Akhmad.

Sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perputaran roda perekonomian, BRI juga terus mendorong inklusi keuangan sekaligus menciptakan sharing economy dengan melibatkan masyarakat sebagai Agen BRILink. Hingga akhir September 2025, jumlah AgenBRILink telah mencapai lebih dari 1,2 juta agen atau tumbuh 17,8% secara YoY. Agen-agen tersebut tersebar di 66 ribu desa, menjangkau lebih dari 80% penjuru negeri.

“Dari sisi transaksi, AgenBRILink mencatatkan volume transaksi sebesar Rp1.293,5 triliun atau tumbuh 10,6% yoy, menunjukkan peran yang semakin vital dalam memberikan akses layanan keuangan formal kepada masyarakat,” papar Akhmad.

Wakil Direktur Utama BRI, Agus Noorsanto, menjelaskan bahwa selain pembiayaan dan ekosistem AgenBRILink, BRI terus mengoptimalkan program pemberdayaan masyarakat dan UMKM. Hingga akhir September 2025, BRI membina 4.909 Desa BRILian di seluruh Indonesia, mengembangkan 41.715 klaster usaha melalui program KlasterkuHidupku, serta menghadirkan LinkUMKM yang telah dimanfaatkan lebih dari 13,6 juta pelaku UMKM untuk memperluas pasar dan kapasitas usaha. Selain itu, BRI membina 54 Rumah BUMN dan telah menyelenggarakan 17 ribu pelatihan untuk mendukung pertumbuhan UMKM.

Selain berbagai program pemberdayaan melalui berbagai layanan perbankan, BRI juga terus berkomitmen untuk meningkatkan inklusi dan literasi keuangan secara lebih luas dan terintegrasi yang dilakukan secara Group. “Sinergi dengan perusahaan anak menjadi elemen penting yang memperkuat BRI sebagai satu kesatuan entitas untuk memberikan layanan keuangan secara menyeluruh dan mendukung pencapaian kinerja keuangan secara group”, ungkap Agus.

Agus menjelaskan bahwa sinergi anak perusahaan BRI Group terbukti berhasil, terlihat dari kontribusi laba anak perusahaan yang mencapai 19,9% dari total laba konsolidasi, serta asetnya sebesar 11,45% dari total aset konsolidasian perseroan.

Menutup paparan, Direktur Utama Hery Gunardi menegaskan bahwa kinerja BRI tidak hanya tumbuh sehat, tetapi juga mencerminkan dukungan nyata terhadap sektor produktif dan ekonomi rakyat. BRI akan terus memperkuat fundamental bisnis dengan menjaga kualitas aset, meningkatkan efisiensi pendanaan, serta memperdalam transformasi secara terstruktur dan terintegrasi melalui program BRIVolution Reignite.

“Didukung oleh semangat seluruh Insan BRILiaN dan kepercayaan masyarakat yang terus tumbuh, BRI optimistis dapat mempertahankan kinerja yang positif, berkelanjutan, serta memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” tutup Hery Gunardi.

(tim)

No more pages