Pernah menjadi merek ikonik pada tahun 1990-an yang mendominasi pasar ponsel, Nokia kini memudar dari budaya populer setelah kehilangan pangsa pasar terhadap para pesaing dan beralih ke layanan jaringan. Chief Executive Officer Justin Hotard memimpin upaya pemulihan perusahaan Nordik tersebut dengan menekankan posisinya sebagai satu-satunya alternatif dari Barat terhadap Huawei Technologies Co. dalam penyediaan seluruh portofolio peralatan komunikasi, mulai dari radio 5G hingga kabel serat optik.
Dalam kilas balik ke era yang sama, beberapa analis dan akademisi mulai menarik perbandingan antara kesepakatan sirkular yang dilakukan Nvidia dalam beberapa bulan terakhir dengan pelanggan seperti Nokia, dan kesepakatan serupa yang terjadi pada tahun 1990-an menjelang meledaknya gelembung dot-com. Pada masa itu, praktik penjualan silang antar-startup membuat proyeksi pertumbuhan tampak lebih besar dari kenyataannya.
Dalam wawancara dengan Bloomberg TV pada hari Selasa, CEO Nvidia Jensen Huang mengatakan ia berinvestasi di Nokia karena antusias dengan kerja sama antara kedua perusahaan dan ingin menjadi “bagian dari kesuksesan luar biasa yang kami ciptakan bersama.” Ia menggambarkan keputusannya untuk mengambil saham tersebut sebagai langkah yang “cukup jenius.”
Sebagai bagian dari kesepakatan antara kedua perusahaan, Nvidia akan memasok produk baru untuk Nokia — komputer yang dapat diprogram dan mampu berkomunikasi secara nirkabel, menjalankan pemrosesan AI, serta mengatur lalu lintas seluler secara bersamaan. “Nokia akan bekerja sama dengan kami untuk mengintegrasikan teknologi kami dan menulis ulang sistem mereka,” kata Huang dalam sebuah acara Nvidia di Washington. “Sudah lama sejak jaringan telekomunikasi Amerika dibangun menggunakan teknologi Amerika.”
Jaringan telepon nirkabel kini tengah beralih dari sistem yang bergantung pada perangkat keras terpisah menjadi dijalankan oleh komputer standar yang dikendalikan oleh perangkat lunak. Generasi berikutnya dari koneksi nirkabel — 6G — akan ditandai oleh penggunaan kecerdasan buatan (AI), kata Nvidia. Perusahaan itu bekerja sama dengan Nokia untuk membangun peralatan berbasis perangkat lunak dan chip baru yang dikembangkan khusus untuk pasar tersebut.
T-Mobile US Inc. akan memulai uji coba tahun depan, kata Nvidia. Dalam wawancara bersama dengan Huang di Bloomberg TV, Hotard mengatakan bahwa ia memperkirakan “produksi komersial penuh” akan dimulai pada tahun 2027.
Tujuan Nokia adalah untuk memproses data lebih dekat ke pengguna, sehingga mengurangi jeda waktu (lag) dalam pengiriman data. Menyebut perubahan ini sebagai “desain ulang fundamental jaringan,” Hotard menulis dalam sebuah pernyataan bahwa langkah ini “akan mempercepat inovasi AI-RAN untuk menempatkan pusat data AI di setiap saku pengguna.”
Nvidia sendiri sedang berada dalam gelombang investasi besar dalam beberapa bulan terakhir. Perusahaan itu mengatakan akan menginvestasikan hingga $100 miliar ke OpenAI, serta mendanai perusahaan kendaraan otonomseperti Wayve dan Oxa, fintech Revolut, dan perusahaan AI seperti PolyAI. Nvidia juga akan berinvestasi di pusat data Jerman bersama Deutsche Telekom AG, menurut laporan Bloomberg News.
Hotard menekankan bahwa kesepakatan dengan Nvidia tidak bersifat eksklusif, yang berarti raksasa chip itu bisa saja menandatangani perjanjian serupa dengan pesaing Nokia, yakni Ericsson. “Jika kita semua berada di bawah tekanan untuk berinovasi dan memberikan yang terbaik, dan kesepakatan ini tidak eksklusif bagi siapa pun, maka kita semua akan terus bersaing dan bergerak lebih cepat,” ujarnya dalam wawancara terpisah dengan Bloomberg News.
Para pembuat kebijakan Eropa dan eksekutif teknologi selama berbulan-bulan telah membahas kebutuhan blok tersebut untuk mengembangkan ekosistem AI-nya sendiri dan mengejar ketertinggalan dari AS dan China. Huang dan para pemimpin industri teknologi lainnya mengkritik Eropa karena terlalu lamban dalam membangun infrastrukturnya sendiri serta kurang mendukung perusahaan yang ingin menggunakan AI sambil menjaga data mereka tetap berada di dalam kawasan.
Selama masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump, pemerintahannya sempat mempertimbangkan kemungkinan investasi pemerintah AS dan sekutunya dalam salah satu dari dua vendor jaringan Barat. Namun, Hotard menegaskan bahwa investasi Nvidia bukanlah langkah yang disponsori pemerintah.
“Ini adalah dua perusahaan swasta yang bergabung untuk membangun sesuatu yang kami yakini akan bermanfaat bagi ekosistem teknologi,” katanya.
(bbn)































