Logo Bloomberg Technoz

“[Kerugian] itu pun kalau penumpangnya sekarang per hari kan kayak Whoosh sudah 19.000 dan sudah mencapai penumpang sampai 12 juta penumpang. Itu kalau setiap tahun [penumpang] naik, kerugiannya akan makin mengecil,” ujarnya.

“Ini kan baru tahun pertama. Mungkin diperkirakan EBITDA sudah positif dan diperkirakan akan lebih turun lagi setelah 6 tahun, perkiraan, karena ini tergantung perpindahan orang ya dari transportasi pribadi ke transportasi massal.” 

Proyek Whoosh memang kerap menjadi perbincangan dalam beberapa waktu terakhir. Terbaru, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengonfirmasi telah melakukan penyelidikan dugaan tindak pidana korupsi berupa penggelembungan anggaran atau mark up proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh. Kendati demikian, KPK belum mengelaborasikan lebih lengkap mengenai kapan penyelidikan proyek era Presiden ke-7 Joko Widodo itu dimulai. 

“Saat ini sudah pada tahap penyelidikan,” ujar pelaksana tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu saat dihubungi wartawan, Senin (27/10/2025).

Sebagai informasi, konsorsium proyek Whoosh melibatkan sejumlah BUMN, antara lain PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR). Total nilai investasi proyek ini mencapai US$7,2 miliar, termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sekitar US$1,2 miliar. 

Proyek dibiayai melalui skema 75% pinjaman dari China Development Bank (CDB) dan 25% setoran modal pemegang saham, yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebesar 60% serta Beijing Yawan HSR Co. Ltd. sebesar 40%.

Beban utang Whoosh ini juga berdampak pada kerugian yang diderita KAI. KAI masih menanggung kerugian hampir Rp1 triliun dari operasional Kereta Cepat Whoosh sepanjang semester I-2025.

(ain)

No more pages