Logo Bloomberg Technoz

Rumusan MSCI Soal Free Float yang Menumbangkan IHSG

Artha Adventy
27 October 2025 17:05

Pekerja di depan layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/9/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pekerja di depan layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/9/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - MSCI tengah meminta masukan dari pelaku pasar mengenai rencana penggunaan laporan bulanan pemegang saham yang diterbitkan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai sumber tambahan dalam memperkirakan free float saham emiten di Indonesia.

Sentimen tersebut yang kemudian menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok pada sesi I perdagangan hari ini, Senin (27/10/2025).

Selama ini, perusahaan publik di Indonesia hanya melaporkan pemegang saham dengan kepemilikan 5% atau lebih kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara itu, laporan KSEI mencakup data klasifikasi pemegang saham seperti korporasi dan individu, lokal maupun asing untuk seluruh saham scripless atau saham yang diperdagangkan secara elektronik. Data ini, menurut MSCI, memungkinkan identifikasi pemegang saham di bawah 5% yang selama ini tidak tercakup dalam keterbukaan publik.

Dalam paparannya, MSCI menyebut laporan KSEI tidak dapat digunakan secara mandiri karena tidak mengidentifikasi nama pemegang saham individual dalam setiap kategori. Oleh karena itu, laporan tersebut hanya akan dijadikan referensi tambahan dalam estimasi free float.

MSCI mensimulasikan dua pendekatan perhitungan free float untuk saham Indonesia. Pertama, dengan mengklasifikasikan saham scrip (yang tidak tercantum dalam laporan KSEI), kepemilikan korporasi (lokal dan asing), serta kategori “others” (lokal dan asing) sebagai non-free float.

Berdasarkan simulasi ini, sejumlah saham berkapitalisasi besar menunjukkan potensi penurunan foreign inclusion factor (FIF).

Bank Central Asia (BBCA) misalnya, turun dari FIF 0,45 menjadi 0,325, dengan dampak terhadap kapitalisasi pasar sekitar US$7,05 miliar. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun dari 0,45 menjadi 0,35 (US$3,54 miliar), dan Telkom Indonesia (TLKM) dari 0,50 menjadi 0,40 (US$1,81 miliar).

Penurunan juga terjadi pada Bank Mandiri (BMRI) dari 0,40 menjadi 0,325 (US$1,85 miliar), serta Astra International (ASII) dari 0,50 menjadi 0,375 (US$1,75 miliar).

Total one-way turnover untuk MSCI Indonesia dalam skenario ini diperkirakan mencapai 13%.

Simulasi kedua menggunakan pendekatan alternatif dengan hanya mengklasifikasikan saham scrip dan kepemilikan korporasi (lokal dan asing) sebagai non-free float. Dengan metode ini, dampaknya terhadap FIF lebih ringan. BBCA, misalnya, hanya turun dari 0,45 menjadi 0,40, dengan market cap impact sekitar US$2,82 miliar sementara TLKM turun dari 0,50 menjadi 0,475 atau sekitar US$455 juta. One-way turnover dalam simulasi alternatif ini diperkirakan sebesar 5%.

MSCI akan menerima masukan hingga 31 Desember 2025 dan mengumumkan hasil konsultasi paling lambat pada 30 Januari 2026. Jika disetujui, perubahan metodologi ini akan mulai diterapkan pada review indeks bulan Mei 2026