Pergerakan lintas aset ini mencerminkan optimisme bahwa data inflasi AS yang akan dirilis Jumat tidak akan menggoyahkan keyakinan pasar, yang kini didukung oleh kinerja laba perusahaan yang solid serta potensi kabar positif dari hubungan AS-China.
“Valuasi masih menjadi alasan utama bagi para investor pesimis, tetapi strategi buy the dip yang terus berlanjut membuat bahkan investor paling berhati-hati sekalipun mulai meragukan pandangannya,” ujar Mark Hackett dari Nationwide.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melonjak 5,6% dan ditutup mendekati US$62 per barel — kenaikan harian terbesar sejak konflik Israel-Iran dimulai pada 13 Juni. Sanksi baru AS terhadap Rusia menandai perubahan kebijakan besar dari strategi batas harga yang diterapkan kelompok G-7, yang sebelumnya bertujuan membatasi pendapatan Rusia tanpa mengganggu pasokan global atau memicu lonjakan harga.
“Seperti halnya perang dagang, dampak sanksi minyak ini juga belum jelas. Namun dari sudut pandang pasar, lonjakan harga minyak mentah kemungkinan akan menjadi perhatian utama dalam waktu dekat,” kata analis Ian Lyngen, Vail Hartman, dan Delaney Choi dari BMO Capital Markets.
Investor kini cenderung mengabaikan potensi kenaikan inflasi dalam laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang akan dirilis Jumat, karena pasar uang bersiap menyambut kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pekan depan.
Rilis IHK September yang seharusnya dijadwalkan pada 15 Oktober tertunda akibat penutupan sebagian pemerintahan AS. Berdasarkan survei Bloomberg, ekonom memperkirakan IHK inti (tanpa komponen pangan dan energi) naik 0,3% untuk bulan ketiga berturut-turut, mempertahankan laju inflasi tahunan di 3,1%.
Meski inflasi masih berada di atas target The Fed, para pejabat bank sentral diperkirakan akan mengumumkan pemangkasan suku bunga kedua tahun ini, dengan alasan melemahnya pasar tenaga kerja.
“Data IHK Jumat ini menjadi penting karena hanya sedikit data ekonomi yang bisa dirilis akibat government shutdown,” kata Emily Bowersock Hill, mitra pendiri Bowersock Capital Partners.
“Namun karena fokus utama The Fed adalah kondisi pasar tenaga kerja, kami tidak melihat data IHK akan banyak memengaruhi keputusan minggu depan. Kami memperkirakan masih akan ada dua kali pemangkasan suku bunga lagi tahun ini, pada Oktober dan Desember,” tambahnya.
Menurut Ulrike Hoffmann-Burchardi dari UBS Global Wealth Management, prospek pelonggaran kebijakan Fed, pertumbuhan laba yang kuat, dan investasi di sektor kecerdasan buatan (AI) menjadi faktor yang memperkuat pandangan bahwa pasar saham masih memiliki ruang untuk melanjutkan reli.
Namun, ia mengingatkan pentingnya diversifikasi portofolio.
“Setiap kemunduran dalam hubungan AS-China atau kekhawatiran terkait keberlanjutan reli saham berbasis AI bisa memicu volatilitas pasar,” ujarnya.
(bbn)
































