Langkah bersih-bersih neraca ini dilakukan saat ekuitas Garuda masih negatif sebesar US$1,49 miliar per Juni 2025, atau sekitar Rp24 triliun, turun tipis dibanding periode sebelumnya. Total aset tercatat sebesar US$6,51 miliar dengan liabilitas mencapai US$8,01 miliar.
Private Placement
Sebagai bagian dari restrukturisasi, Garuda juga menyiapkan private placement yang juga akan dimintakan persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB nanti. Saham itu akan diserap BPI Danantara.
Danantara berkomitmen menyalurkan dana restrukturisasi dalam dua skema yakni setoran tunai senilai US$1,441 miliar (sekitar Rp23,39 triliun) dan konversi pinjaman pemegang saham (shareholder loan) sebesar US$405 juta (Rp6,56 triliun).
Aksi korporasi ini dilakukan melalui penerbitan 407,90 miliar saham baru dari portepel dengan harga pelaksanaan Rp75 per saham, berdasarkan hasil penilaian wajar oleh KJPP Areyanto & Rekan. Seluruh saham baru diklasifikasikan sebagai saham Seri D.
Direktur Eksekutif CSA Institute, David Sutyanto, menilai langkah Garuda untuk menambah modal dan menghapus aset non-produktif merupakan bagian dari upaya menyehatkan kembali struktur keuangan perusahaan yang masih tertekan akibat akumulasi kerugian masa lalu.
“Posisi ekuitas Garuda hingga saat ini masih negatif. Karena itu, penghapusbukuan aset yang tidak produktif adalah langkah realistis agar laporan keuangan mencerminkan kondisi sebenarnya,” kata David.
Ia menambahkan, suntikan modal besar dari Danantara, baik melalui setoran tunai maupun konversi pinjaman, akan mengurangi defisit modal dan mengembalikan posisi keuangan Garuda ke wilayah positif.
David menyebut, masuknya dana besar dari Danantara berpotensi mengurangi defisit modal hingga ke tingkat yang lebih aman, sekaligus menjadi sinyal komitmen pemerintah terhadap keberlangsungan maskapai nasional. Dukungan tersebut diharapkan memperkuat persepsi pasar bahwa Garuda masih memiliki prospek pemulihan jangka menengah.
Dari perspektif pasar modal, restrukturisasi menyeluruh ini dinilai menjadi titik awal perbaikan fundamental yang dapat mengembalikan kepercayaan investor. Efek jangka pendek berupa potensi dilusi kepemilikan dianggap tidak sebanding dengan manfaat jangka menengah, yaitu peningkatan solvabilitas dan arus kas operasional yang lebih sehat.
Analis juga menyoroti bahwa keberhasilan restrukturisasi tidak hanya bergantung pada perbaikan angka-angka keuangan, tetapi juga pada disiplin eksekusi manajemen.
“Sinergi antara restrukturisasi finansial dan pembenahan manajemen inilah yang menjadi kunci agar Garuda benar-benar pulih, bukan hanya secara administratif, tetapi juga secara bisnis dan reputasi,” jelasnya.
Sebelumnya, RUPSLB Garuda pada 15 Oktober 2025 juga menetapkan penyegaran manajemen. Glenny H. Kairupan diangkat sebagai Direktur Utama menggantikan Wamildan Tsani Panjaitan, sementara dua profesional asing, Balagopal Kunduvara dan Neil Raymond Mills, masing-masing menduduki posisi Direktur Keuangan & Manajemen Risiko serta Direktur Transformasi.
(dhf)






























