Namun, nada Kim terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terbilang berbeda. Ia mengatakan masih memiliki “kenangan baik” tentang Trump dan bersedia berbicara kembali jika Washington mencabut tuntutan denuklirisasi. Trump sendiri dijadwalkan mengunjungi kawasan Asia bulan ini. Menteri Unifikasi Korsel, Chung Dong-young, pekan lalu menyebut ada kemungkinan pertemuan antara Trump dan Kim di sela-sela KTT APEC, meski belum ada tanda-tanda pembicaraan itu sedang dipersiapkan.
Trump dan Kim pernah bertemu tiga kali selama masa jabatan pertama Trump, tetapi pertemuan-pertemuan tersebut gagal menghentikan pengembangan program senjata nuklir Korut.
Dalam beberapa waktu terakhir, Kim justru semakin mempererat hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, memberikan dukungan terhadap perang Rusia di Ukraina, bahkan tampil berdampingan dengan Putin dan Presiden China Xi Jinping dalam parade militer besar di Beijing bulan lalu.
Hanya beberapa hari setelah parade itu, Kim memantau langsung uji darat mesin bahan bakar padat berdaya dorong tinggi untuk rudal jarak jauh — menandakan langkah lanjutan dalam upaya memperluas arsenal nuklir Korut.
Pyongyang telah menggunakan bahan bakar padat untuk berbagai rudal balistik jarak pendek dan pada 2023 memperkenalkan ICBM berbahan bakar padat pertamanya, Hwasong-18. Varian yang lebih besar, Hwasong-19, mencatatkan jarak terbang terpanjang dalam uji coba tahun lalu. Menurut media pemerintah Korut, mesin bahan bakar padat terbaru ini akan digunakan untuk Hwasong-19 serta pengembangan rudal generasi berikutnya, Hwasong-20.
(bbn)































