Kenaikan harga emas dunia disebabkan oleh keyakinan pelaku pasar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve bakal menurunkan suku bunga acuan dalam rapat bulan ini. Bahkan ada kemungkinan pemangkasannya lebih besar.
Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75-4% dalam rapat 29 Oktober adalah 96,8%. Ada juga kemungkinan pemangkasan 50 bps ke 3,5-3,75%, meski probabilitasnya hanya 3,2%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
Selain arah kebijakan moneter, pelaku pasar juga memonitor perkembangan hubungan AS-China yang sedang memanas. Setelah kemarin Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Negeri Adidaya memang sudah memasuki fase perang dagang dengan China, Beijing memberi komentar teranyar.
Menteri Perdagangan China Wang Wentao menyalahkan AS atas friksi kedua negara akhir-akhir ini. Menurutnya, apa yang dilakukan AS tidak sesuai dengan kesepakatan yang dicapai di Madrid (Spanyol) bulan lalu.
“Fluktuasi hubungan AS-China belakangan ini sebagian besar karena AS yang secara insentif menerapkan pembatasan terhadap China, bahkan setelah pembicaraan di Madrid,” tegas Wang di hadapan CEO Apple Inc Tim Cook saat pertemuan di Beijing, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Bulan lalu, Departemen Perdagangan AS mengeluarkan aturan perluasan sanksi terhadap pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan China yang masuk daftar hitam. China pun membalas dengan memperketat perdagangan logam tanah jarang.
“Apa yang dilakukan AS benar-benar mencederai kepentingan China dan memperburuk suasana negosiasi bilateral,” lanjut Wang.
Emas adalah aset yang dipandang aman (safe haven asset). Saat terjadi ketegangan, seperti yang ditunjukkan oleh relasi AS-China, maka emas akan menjadi pilihan pelaku pasar untuk menyelamatkan portofolio mereka.
(aji)































