Keluhan Vivo
Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga membeberkan PT Vivo Energi Indonesia batal membeli base fuel sebesar 40.000 barel yang telah diimpor oleh perseroan, sebab terdapat kandungan etanol 3,5% dalam BBM tanpa campuran aditif dan pewarna tersebut.
Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar mengungkapkan, hingga Jumat (26/9/2025), sudah terdapat dua operator SPBU swasta yang sebenarnya berminat membeli base fuel yang telah diimpor perseroan, yakni Vivo dan BP-AKR.
Dalam perkembangannya, setelah melakukan negosiasi secara bisnis ke bisnis atau business to business (B2B), BP-AKR dan Vivo membatalkan untuk melanjutkan pembelian BBM tersebut sebab setelah dilakukan pengecekan terdapat kandungan etanol 3,5%.
“Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan. Kalau tidak salah sampai 20% etanol,” kata Achmad dalam rapat dengar pendapat dengan operator SPBU swasta dan Dirjen Migas ESDM di DPR, Jakarta, Rabu (1/10/2025).
“Ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut,” lanjut Achmad.
Kritik Etanol
Pengamat otomotif Bebin Djuana menilai penambahan kandungan etanol dalam base fuel kerap digunakan sebagai cara murah untuk menaikkan angka oktan.
"Menambahkan etanol pada base fuel adalah cara murahan untuk menaikkan oktan [bensin]. Tentu saja yang [SPBU] swasta tidak mau beli ke Pertamina karena masing-masing punya aditif sendiri yang, jika tercampur etanol, akan berdampak negatif sehingga merusak reputasi mereka," jelas Bebin saat dihubungi, dikutip Sabtu (4/10/2025).
Lebih lanjut, dia juga mempertanyakan transparansi penggunaan etanol dalam produk bahan bakar Pertamina.
Bebin mengingatkan dampaknya terhadap mesin, baik jangka pendek maupun panjang, yang baru akan terbukti dari pengalaman pengguna.
Apalagi, lanjut dia, saat ini konsumen mulai sadar bahwa BBM yang dibeli dari Pertamina mengandung etanol.
(naw)





























