Setelah berunding di Madrid, Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mengatakan kepada Fox Business bahwa kedua pihak telah membahas "iklim investasi di AS bagi perusahaan China."
Negosiator perdagangan senior China Li Chenggang mengatakan kepada wartawan bahwa AS telah "menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama dengan China menuju tujuan yang sama dalam hal mengurangi hambatan investasi dan mempromosikan kerja sama yang relevan di bidang perdagangan dan ekonomi."
Beberapa hari kemudian, Xi mendesak Presiden Donald Trump melalui percakapan telepon untuk menciptakan kondisi agar "perusahaan-perusahaan China dapat berinvestasi" di Amerika.
Usulan China ini merupakan bagian dari sejumlah permintaan berani yang mencakup tekanan terhadap AS untuk mengubah sikapnya yang telah berlangsung puluhan tahun terhadap Taiwan—titik api lain bagi Washington.
Proposal ini juga menandai pergeseran dari perundingan dagang selama masa jabatan pertama Trump yang fokus pada pembelian ekspor AS alih-alih investasi di AS—sektor yang tunduk pada tinjauan keamanan nasional.
Juru bicara Gedung Putih tidak menanggapi secara spesifik pertanyaan tentang perundingan tersebut, mengatakan pemerintah saat ini fokus untuk memastikan China memenuhi kewajibannya—isyarat yang tampaknya merujuk pada kesepakatan Fase 1 pada masa jabatan pertama Trump.
Pemerintah AS, kata pejabat tersebut, terus menjalin kerja sama dengan China untuk menciptakan kondisi yang adil bagi pelaku bisnis, petani, dan pekerja Amerika.
Kementerian Perdagangan di Beijing belum membalas permintaan komentar yang diajukan pada hari libur nasional di China. Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, mengatakan: "Kami berharap pihak AS akan bekerja sama dengan China untuk mengimplementasikan kesepakatan penting yang dicapai oleh para kepala negara kami dalam percakapan telepon mereka."
Trump mengatakan akan bertemu Xi pada KTT di Korea Selatan bulan ini. Belum jelas apakah presiden AS akan menerima tawaran China—meski salah satu narasumber mengatakan AS belum menutup kemungkinan apa pun.
Pertanyaan masih seputar seberapa besar investasi yang akan dijanjikan China dan struktur komitmen tersebut, meski kerangka kerja TikTok — kendali Amerika atas operasi entitas China di AS—bisa menjadi salah satu kemungkinan.
Menanggapi laporan Bloomberg, anggota DPR John Moolenaar, Ketua Komite Khusus DPR dari Partai Republik untuk China, mengatakan China "seringkali melanggar kesepakatan dengan Amerika" dan memperingatkan agar tidak melonggarkan pembatasan investasi.
"China telah memanfaatkan pasar dan perusahaannya sendiri sebagai senjata melawan kita selama puluhan tahun, dan kita tidak boleh membiarkan perusahaan-perusahaan tersebut memiliki akses lebih besar ke ekonomi kita," kata Moolenaar.
Matt Pottinger, pakar China yang pernah menjabat sebagai wakil penasihat keamanan nasional selama pemerintahan pertama Trump, mengatakan bahwa membiarkan lonjakan investasi China ke ekonomi AS akan menjadi konsesi besar bagi Beijing.
"Itu sama saja dengan AS menjadi bagian dari Belt and Road—bahkan tujuan akhirnya," katanya, merujuk pada program belanja infrastruktur global senilai lebih dari US$1 triliun yang diluncurkan China pada 2013 untuk memperkuat kepentingan ekonomi dan keamanan, serta pengaruh politiknya.
Trump menjadikan penyeimbangan kembali hubungan ekonomi AS dengan China dan seluruh dunia, sebagian dengan mengamankan aliran investasi besar ke AS, sebagai pilar strategi perdagangan periode keduanya.
Ia berulang kali mengklaim bahwa AS telah menarik komitmen investasi sebesar US$17 triliun sejak ia menjabat pada Januari. Ia juga menyatakan prioritas utamanya dengan China adalah "terus terang, yang lebih penting, kesepakatan besar."
Investasi Beijing sebesar US$1 triliun atau lebih akan mengungguli komitmen dari negara-negara lain. Uni Eropa telah berkomitmen untuk investasi US$600 miliar oleh perusahaan-perusahaannya selama empat tahun ke depan. Jepang menandatangani kesepakatan untuk investasi US$550 miliar ke AS, sementara Korea Selatan sedang membahas struktur komitmen sebesar US$350 miliar.
Janji-janji tersebut disusun secara berbeda. Janji Jepang berbentuk dana bersama, di mana AS memiliki kewenangan signifikan. Belum jelas model mana yang akan dianut dalam kesepakatan dengan China.
Setiap kesepakatan yang memberi lampu hijau bagi investasi China secara signifikan akan melibatkan perubahan tajam kebijakan yang ditetapkan Washington dan Beijing selama dekade terakhir. Dorongan investasi besar China ke AS akan menghadapi hambatan lain, kata narasumber yang mengetahui diskusi tersebut, di mana semakin banyak negara bagian yang memberlakukan pembatasan sendiri dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, mendapatkan akses lebih besar ke pasar konsumen terbesar di dunia akan menjadi berkah bagi China, di mana perusahaan-perusahaan, yang kesulitan dengan lemahnya permintaan domestik, sedang memangkas harga dan tenaga kerja. Meski Beijing telah menerapkan kontrol ekspor pada beberapa teknologi hijau inovatifnya, para eksekutif negara tersebut bersemangat memasuki pasar baru.
"Jika kesepakatan TikTok terwujud, saya pikir hal itu akan membuka ruang lebih luas bagi AS untuk mempertimbangkan investasi China," kata Laila Khawaja, direktur riset Gavekal Technologies. "Kita bisa melihat perusahaan China diminta untuk mendirikan usaha patungan dengan perusahaan AS sambil memegang saham minoritas dan menjual atau melisensikan teknologi pada usaha patungan tersebut."
Setelah mencapai rekor US$57 miliar pada 2016, investasi China di AS melambat drastis, hanya mencapai US$2,1 miliar pada paruh pertama 2025, menurut data transaksi yang telah selesai yang dikumpulkan oleh Rhodium. Setelah pesta belanja tersebut, Beijing memperketat kontrol modal, sedangkan Washington bergerak menghentikan transaksi China dengan dalih keamanan nasional.
Komite Investasi Asing di AS (CFIUS) menjadi inti dari upaya tersebut di sektor-sektor sensitif seperti semikonduktor. Panel yang dipimpin Departemen Keuangan AS menggagalkan upaya perusahaan fintech yang didirikan Jack Ma untuk membeli raksasa pembayaran MoneyGram International Inc, memaksa investor China menjual aplikasi kencan gay Grindr, dan mengusir perusahaan penambangan kripto China dari lahan dekat pangkalan militer AS, dengan alasan masalah keamanan nasional dalam setiap kasus.
Baru-baru ini, pada Februari, pendekatan serupa—bahkan mungkin lebih agresif—terhadap investasi China di AS tampaknya mendominasi. Dalam memorandum presiden bulan itu yang menetapkan Kebijakan Investasi America First, Trump mengatakan, "investasi dengan segala cara tidak selalu sesuai dengan kepentingan nasional."
Memorandum tersebut menuduh China menggunakan investasi di AS "untuk memperoleh teknologi mutakhir, hak kekayaan intelektual, dan pengaruh di industri strategis." Staf Dewan Keamanan Nasional yang menulis memorandum tersebut, David Feith, dipecat pada April di tengah pembersihan para pendukung kebijakan keras terhadap China.
(bbn)





























